Membaca dan menulis, itulah keterampilan yang kita dapatkan mulai dari jenjang TK, lalu SD. Demikian seterusnya sampai SMP, SMA, hingga masuk ke perguruan tinggi. Keterampilan itu masih kita pakai hingga perguruan tingginya jadi tinggi sekali. Sampai gelar S3. Kalau sudah S3, memang sudah mentok. Tidak ada S4, S5, hingga S7. Ini bukan jenis merek HP ya!
Meskipun keterampilan dasar dan terus melekat dalam dunia pendidikan kita, tetapi tidak semua orang mendalami dua bidang tersebut. Masih banyak pula yang menghindarinya. Seperti teman saya yang berlatar belakang dunia kesehatan. Dia kalau disuruh membaca, apalagi menulis, pasti langsung pusing.Â
Berkaitan dengan Hobi
Dua keterampilan itu memang ada hubungannya dengan hobi. Sering bukan kita saksikan, ada orang yang hobinya membaca, ada pula yang hobinya menulis. Meskipun dikatakan sebagai hobi, tetapi tidak semudah itu mendapatkan hasil. Tetap butuh proses, makanya jangan sering protes. Penulis besar lahir dari perjuangan yang panjang, lama, berliku-liku, gagal di sana-sini, hingga akhirnya menapaki jalan sukses. Itupun sukses sebenarnya hanyalah proses. Penulis besar adalah orang yang sangat suka belajar. Makanya, tidak akan pernah cukup meskipun punya karya yang banyak.Â
Sekarang, alias jaman now, ada begitu banyak tempat untuk menampung hobi membaca dan menulis. Pertama, kamu bisa membuat blog pribadi. Boleh gratisan, lebih boleh lagi yang berbayar. Kamu bisa menuangkan segala tulisanmu di situ. Bebas saja. Biasanya sih isinya curhat. Namun, banyak pula blogger, sebutan untuk pemilik blog, yang menggunakan blognya untuk mencari cuan. Misalnya, ikut lomba. Dapat hadiah lumayan banyak. Kan jadi cuan juga. Itu kalau laki-laki ya, kalau perempuan namanya nyonya, bukan cuan!
Kedua, jika kamu tidak punya blog atau malas mengurus blog sendiri, karena harus setting segala macam, kamu bisa menggunakan UGC macam Kompasiana ini. Media ini juga luar biasa, karena pengunjung rutin sudah sangat banyak. Sering terjadi tulisan yang viral di sini, dibaca oleh ribuan orang. Kalau tulisannya positif, dampaknya 'kan bagus juga. Bahkan, bisa menjadi amal jariyah jika ada nilai ilmu agama Islam di dalamnya.Â
Dua hal itu biasanya dilakukan oleh orang yang hobi membaca dan menulis. Kalau sudah punya blog, kok tidak dirawat? Seringnya istilah untuk hal ini, nanti blognya jadi sarang laba-laba. Saking jarangnya diisi oleh tulisan baru. Saking malasnya si pemilik blog untuk menambahkan kontennya sendiri, hehe.
Setelah Tulisan Jadi
Oke, sudah berhasil menulis. Sudah jadi berbentuk link yang bisa diakses semua orang. Selanjutnya? Ya, ajak toh orang lain untuk baca tulisan kita. Ini tempatnya juga macam-macam. Bisa lewat media sosial, seperti Facebook maupun Twitter. Dua media tersebut sangat bagus untuk menyebar link blog maupun tulisan kita dari UGC. Sebab, bisa langsung diklik. Sedangkan Instagram tidak bisa, kecuali ditempatkan linknya di bio. Hanya, sayangnya lagi, di situ hanya bisa satu link.Â
Selain lewat media sosial, bisa juga melalui Whatsapp. Nah, ini juga bermacam-macam. Bisa berikan linknya ke teman-teman kita sesama pengguna Whatsapp. Bisa pula melalui grup khusus yang isinya para blogger atau para penulis.Â
Ada begitu banyak grup yang bisa menampung tulisan kita. Saya sih pernah bergabung ke grup para blogger melalui seorang teman. Awalnya saya tanya, bagaimana sih cara mencari komentator untuk tulisan kita? Dia memberikan jawaban ada grup khusus untuk itu. Akhirnya, saya bergabung melalui link grup khususnya. Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih bergabung dan kenal cukup banyak blogger yang tersebar di wilayah Indonesia tercinta ini.Â
Diperhatikan Dong