Saya pun penasaran. Setelah salat Subuh, saya mencoba melihat apa yang terjadi? Ternyata mereka riuh karena menonton sepakbola final Liga Champions. Lho, lho, tunggu sebentar! Ini sudah masuk waktu salat Subuh, sementara mereka masih asyik menonton? Kapan salat Subuhnya? Jangan-jangan memang tidak salat Subuh? Waduh!Â
Biasanya, pertandingan disiarkan pada dini hari. Mungkin jam 2, 3 atau beberapa jam menjelang Subuh. Ini tentu menyesuaikan waktu tempat pertandingan terjadi.Â
Ternyata, mereka sanggup untuk bangun malam. Sanggup untuk begadang. Namun, kok tidak sanggup untuk salat malam? Kok tidak mampu untuk salat Subuh? Padahal, dari durasi waktu, salat tidak sebanyak waktu pertandingan 2 x 45 menit itu. Mungkin ditambah dengan perpanjangan waktu hingga adu pinalti. Secara logika seharusnya bisa dong salat yang paling lama mungkin 5 menit, tetapi tidak sanggup juga. Lebih cinta sepakbola daripada pahala sepertinya.Â
Kejadian yang Masih Hangat
Saya membaca beberapa artikel yang tayang di Kompasiana tentang kejadian kerusuhan sepakbola pada Sabtu (01/10/2022) kemarin. Ketika itu berlangsung pertandingan pekan ke-11 BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya yang dimenangkan Persebaya dengan skor 3-2, pendukung Arema turun ke lapangan. Mereka turun karena memang timnya kalah. Pemain Persebaya sempat terkena lemparan sehingga harus diamankan dan dirawat.Â
Kerusuhan makin meluas, tidak luput pula fasilitas stadion yang jadi korban kemarahan. Sesuai berita yang saya baca dari kompas.com, korban meninggal mencapai 127 orang, dua di antaranya anggota polisi.Â
Kejadian tersebut memang masih hangat, tetapi yang dimaksud hangat itu karena bisa bikin air mata jatuh. Itu yang membuat hangat. Selain itu hangat karena harus mengelus dada berkali-kali, kok bisa begitu lho pertandingan yang harusnya untuk hiburan dan mengedepankan sportivitas, malah jadi ajang pembantaian? Padahal yang meninggal itu tentu dari rumah berharap bisa mendapatkan kesenangan tersendiri menonton tim favoritnya, tetapi akhirnya malah berpulang ke Allah, bukan pulang ke rumah lagi.Â
Entah seperti apa sanksi yang akan dikenakan untuk negara kita ini setelah kejadian memilukan dan memalukan tersebut? Yang jelas, kita ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya.Â
Saya sih masih mengaitkan dengan awal tulisan ini. Sepakbola itu nanti bisa dilakukan di surga sesuai kata ustaz di atas. Ketika di dunia, para penggemarnya juga seakan-akan berada di surga karena nikmat sekali mengikuti pertandingan hingga lupa salat dan ibadah kepada Allah. Ditambah dengan kejadian kemarin itu, bukan lagi surga namanya, melainkan CURGA yang artinya: hanCUR, tak terjaGA!Â
Sumber: