Mohon tunggu...
Jacqueline Evengellista
Jacqueline Evengellista Mohon Tunggu... -

Just be your self

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok vs FPI

15 Oktober 2014   07:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:58 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila tak ada halangan, Basuki Tjahaja Purnama, segera mengisi kursi DKI 1 yang ditinggalkan Joko Widodo.Tapi pro dan kontra masih mewarnai seputar jabatan yang akan diemban Ahok, sapaannya terlebih setelah dirinya memutuskan keluar dari Partai Gerinda.

Ahok dianggap tak menghargai pada partai yang telah membesarkan namanya di Pilkada DKI 2012 lalu. Ahok pun dinilai tak tahu berterima kasih.Tapi Ahok pun tak goyah. Dia menilai tak ada alasan partai berlambang burung Garuda itu mencegah untuk menjadi gubernur.Belum lagi persoalan dengan Gerindra selesai, penolakan pada Ahok sebagai gubernur DKI kembali disuarakan sejumlah orang yang tergabung dalam organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI). Mereka menilai, tak ada satupun alasan yang menguatkan Ahok pantas pimpin DKI dalam 3 tahun ke depan.

Alhasil, FPI yang kian meradang dengan tingkah mantan Bupati Bangka Belitung itu pun menggelar aksi penolakan besar-besaran. Rencananya, aksi yang dinamakan dengan Getok (Gerakan Tolak Ahok) itu digelar saban hari Jumat pada tiap pekan selama Oktober. Yaitu pada tanggal 10, 17, 24 dan 31 Oktober 2014. Meski pada demo pertama 3 Oktober berujung bentrok dengan pihak kepolisian.

"Yah itu sih hak demokrasi orang mau demo oke-oke saja," ujar Wakil Gubernur DKI Ahok, menanggapi rencana massa Front Pembela Islam (FPI) yang kembali meggeruduk Gedung DPRD DKI Jakarta terkait penolakan atas pelantikannya sebagai gubernur, Jumat (10/10/2014).

Lantas pada Jumat kedua di bulan Oktober ini, FPI pun kembali menggelar aksi penolakannya terhadap Ahok.

Kini, Ahok dan Polda Metro Jaya tengah gencar menelusuri aktor di balik aksi anarkistis FPI. Dia percaya ada aktor intelektual yang membiayai. Aktor itu yang seharusnya menjadi tersangka. Sementara orang-orang  yang telah ditangkap oleh kepolisian hanyalah koordinator lapangan aksi.

Dugaan itu dieperkuat dari banyaknya massa FPI yang berasal dari luar Jakarta. Dari 21 anggota FPI yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya, sebagian besar memiliki KTP non-DKI. Dengan demikian, suami Veronica Tan itu menyimpulkan bahwa aksi unjuk rasa FPI yang berujung ricuh itu dibiayai oleh "oknum" dan telah direncanakan sebelumnya.

Ahok juga telah mengirim surat kepada Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono untuk menelusuri dalang itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun