Menristekdikti berencana merekrut rektor asing untuk memimpin PTN dengan tujuan untuk meningkatkan peringkat PTN yang diharapkan bisa menembus 100 besar dunia. M Nasir membandingkan kondisi Nanyang Technological University (NTU) Singapura yang dapat menembus 50 besar dunia dalam kurun waktu 38 tahun. Dijelaskan bahwa NTU awalnya merekrut rektor dari Amerika dan dosen-dosen dari negara lain.
Jika kita melihat perkembangan NTU, universitas ini telah 6 kali berturut-turut dinobatkan sebagai universitas muda (berusia di bawah 50 tahun) terbaik dunia oleh QS world university rankings sejak tahun 2014. NTU saat ini berada di peringkat 12 dunia menurut QS world university rankings dan 51 dunia menurut Times higher education world university rankings.
Pencapaian tsb sungguh fantastis dengan usia muda NTU. Tapi, apakah pencapaian tsb semata hanya karena di pimpin oleh rektor asal Amerika? tentunya ada begitu banyak faktor yang menentukan naik turunnya peringkat sebuah universitas di level internasional. Berikut adalah beberapa faktor utama yang menjadi penilaian performa universitas di level internasional.
Reputasi Akademisi
Dosen yang bekerja di dalam sebuah univesitas haruslah dosen-dosen bereputasi dalam hal ini harus dikenal di level internasional. Untuk itu dosen haruslah rajin melakukan publikasi di jurnal internasional bereputasi, menulis buku tingkat internasional, melakukan kerjasama penelitian di level internasional dan berpartisipasi dalam konferensi akademik internasional. Hal ini tentunya sangat penting untuk dibudayakan di dalam negeri.
Rata-rata mahasiswa S3 NTU bisa menerbitkan di atas 6 artikel di jurnal internasional bereputasi. Hal ini didukung oleh fasilitas laboratorium mutakhir dan akses basis data jurnal yang tidak terbatas. Sampai saat ini masih banyak lulusan doktor dalam negeri yang sama sekali tidak memiliki publikasi di jurnal internasional bereputasi. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap reputasi dosen sebagai pembimbing mahasiswa S3.
Reputasi pengguna lulusan
Lulusan universitas haruslah mendapatkan penilaian baik dari pengguna lulusan yang juga merupakan perusahaan yang memiliki reputasi baik di tingkat internasional. Untuk itulah sistem pendidikan kita harus benar-benar berkualitas untuk membentuk lulusan yang juga dihargai oleh pengguna lulusan. Masih banyak universitas yang lebih mementingkan strategi peningkatan jumlah mahasiswa dibandingkan peningkatan kualitas perguruan tinggi tsb.
Rasio perbandingan dosen terhadap mahasiswa
Untuk hal ini, kemenristekdikti sudah melakukan pengawasan secara baik dengan membatasi jumlah dosen terhadap mahasiswa 1:30 untuk mata kuliah eksata dan 1:45 untuk mata kuliah sosial. Beberapa universitas pernah mendapatkan teguran dari kemenristekdikti karena melanggar rasio tsb.