Mohon tunggu...
YAKOB ARFIN
YAKOB ARFIN Mohon Tunggu... Buruh - GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Addicted by Simon Reeve which experts conflict resolution documentary with his journey around the Carribean

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Atasi Distraksi dengan Menulis, Kenapa Tidak?

22 Februari 2016   20:50 Diperbarui: 22 Februari 2016   21:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Distraksi Attensi (Sumber: smartbrainenergy.com)"][/caption]Setiap orang tentu punya cara masing-masing untuk mengatasi persoalan yang menjadi 'gangguan' yang kerap menyebabkan sakit kepala untuk memetakan mana yang menjadi prioritas.

Setiap jenis persoalan atau pun pergumulan, seolah tampak saling beradu dalam pikiran untuk minta didahulukan. Sementara sarana yang dipergunakan untuk menyelesaikan terbatas, yakni sepasang tangan, sebuah hati dan serangkai doa.

Jika saya tidak cermat, maka yang terjadi adalah kepala menjadi pening berbuntut emosi yang tidak stabil akibat semua persoalan bergulat minta solusi.

Dan memikirkannya saja pada akhirnya tak membuahkan apa-apa. Geram saja yang tersisa.

Bila saya menghadapi hal seperti ini yang sudah klimaks, berpikir ‘sabodo teuing’ adalah jalan yang cukup efektif. Saya biarkan saja itu pergumulan berkoar-koar sendiri meminta respon saya sampai mereka kelelahan sendiri.

Saya ambil saja waktu keluar ke sebuah tempat yang saya anggap menyenangkan, menghangatkan dan menyejukkan, ke toko buku, misalnya. Dengan melakukan ini, setidaknya pikiran menjadi segar setelah main-main dan baca sekilas rangkuman pendek di belakang cover buku yang memikat mata.

Setelah menjadi cukup segar dan agak lega, saya memesan Sunday Strawberry sambil membuka agenda mini dan pena.

Sambil menyuapkan es krim yang relatif terjangkau ini, giliran saya panggil mereka satu per- satu.

Pelan-pelan sambil memilin pena, saya petakan mereka satu per-satu pada seberkas kertas yang kosong. Menuliskan mereka satu per satu yang ada di kepala. Bila perlu beri tanda bullet seperti daftar belanjaan.

Setelah semua ditulis dan diberi bullet, rupanya mereka semua tampak ngotot meminta prioritas. Tapi bukankah saya yang punya otoritas atas mereka?

Ya, segera saya tandai mana yang harus saya segerakan mengambil tindakan cepat. Tentu pemilihan ini berdasarkan sifat dan karakter kepentingan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun