Bisnis dalam lingkup budidaya ikan menjadi salah satu bisnis yang menarik. Ada beberapa hal yang bisa diulik. Untuk hal pakan misalnya. Beragamnya jenis kebutuhan pakan menjadi salah satu peluang. Salah satu bentuk jenis pakan yang dibutuhkan petani budidaya ikan adalah Cacing Sutra (Tubifex sp).
Jika dilihat dari jauh, cacing jenis ini bentuknya seperti gumpalan darah dengan warnanya yang merah legam. Namun setelah diurai dalam air, ia akan mengembang seperti lumut air yang mengembang bergerak ke sana ke mari. Tak banyak petani yang mengembangkan cacing jenis ini, padahal permintaannya di pasar cukup tinggi, khususnya oleh pembudidaya ikan patin.
Ada banyak celah dari setiap persoalan dan kebutuhan yang muncul dalam dunia budidaya ikan yang bisa menjadi peluang untuk membentuk unit usaha baru, yang kemudian menjadi solusi alternatif bagi para pembudidaya ikan lainnya.
Sebagai orang yang bergerak secara langsung dalam proses budidaya, Gibran menangkap celah tersebut sebagai hal yang positif. Seperti pembudidaya ikan lainnya, Gibran menghadapi tantangan yang sama yang menuntut jalan keluar dalam tempo jangka pendek. Efektivitas dalam pemberian pakan menjadi perhatian tersendiri. Akan menjadi soal bila proses pemberian pakan tersebut luput dari pengamatan. Pemberian pakan secara manual dan konvensional, akan cenderungan terjadi kebocoran dalam pengeluaran dan belanja pakan. Dampaknya meluas, yakni pembengkakan anggaran belanja pakan dan berimplikasi pada profit usaha yang dihasilkan.
Persoalan ini kemudian menjadi konsentrasi Gibran untuk menyelesaikannya. E-fishery adalah hasil pemikiran dan diskusinya yang kini dikenal menjadi inovasi teknologi tepat guna yang manfaatnya dapat dirasakan pelaku budidaya lainnya. Selain soal inovasi tepat guna yang dihasilkannya, Â dari sosok Gibran yang patut dihighlite dan dipetik adalah kepekaan melihat situasi dan persoalan.
Persoalan tersebut dapat menjadi alternatif kedua untuk menghasilkan inovasi baru seperti halnya Gibran sebagai pelaku usaha yang berkecimpung langsung, tapi juga oleh orang lain yang mencermati perosalan tersebut untuk hasilkan solusi bagi orang lain yang memerlukan.
Saya pun baru belajar mengembangkan usaha penerbitan. Mulai dari nol dari proses hulu hingga hilir. Mulai dari proses kreatif konten, bisnis, cetak hingga menggandeng mitra Business to Business (B2B) dan distribusi karya.
Dalam beberapa waktu sempat kuwalahan menghadapi salah satu persoalan yang kami hadapi, yakni melayani pembelian produk secara online. Ini betul-betul hal baru, kelihatannya mudah, namun kenyataannya tak demikian. Memang ada banyak alternatif yang tersedia di era digital seperti saat ini. Namun beragam inovasi yang tersedia, tak semuanya bisa diapliaksikan dan sesuai dengan kebutuhan jenis usaha yang dijalani.
Salah satu bentuk inovasi yang cukup membantu untuk atasi persoalan kami adalah aplikasi kasir mandiri. Produk inovasi digital tersebut dihasilkan oleh salah satu rekan kami yang sering menjadi tempat untuk membuang uneg-uneg kala sudah buntu mencari jalan keluar. Sementara permintaan produk yang demikian tinggi, sementara SDM yang tersedia amat terbatas, aplikasi tersebut cukup membantu. Kasir online dan self service tersebut memudahkan proses transaksi yang dilakukan secara online, khususnya bagi pelaku usaha bisnis online.
Aplikasi tersebut menjadi jembatan sekaligus platform yang memudahkan penjual dan pembeli. Penjual dapat mengontrol berapa nominal yang masuk, berapa jumlah barang yang keluar, memastikan invoice diterima langsung oleh konsumen secara virtual, dan memudahkan pemilik usaha untuk mendisplay produk yang ditawarkan.
Hal yang dapat ditarik dari konteks tersebut adalah kita dapat menemukan dan melihat peluang. Dalam proses membangun usaha memang tak mudah. Ada fase jenuh dan jemu dalam menyikapi persoalan, namun kemudian kejemuan tersebut memampatkan diri menjadi proses berpikir yang lebih dinamis.
