Gagasannya segar dan sederhana. Sebuah inovasi ternyata tak perlu berangkat dari pemikiran rumit bak aneka angka algoritma, namun bermula dari sebuah persoalan sederhana yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy atau  akrab disapa Gibran (28) menelurkan sebuah pemikiran yang ia temukan dalam kegiatannya membudidaya Ikan Lele. Praktis, berangkat dari sebuah pengalaman pribadi. Berkecimpung dalam budidaya ikan, salah satu variabel penting yang menjadi konsentrasi petani ikan budidaya ialah soal pakan. Besarnya biaya produksi 80% nya dihabiskan dalam alokasi pakan. Bila dalam hal ini petani tak jeli, kebocoran biaya produksi akan makin membengkak.
Salah satu kendala yang kerap dialami petani budidaya ikan adalah ketelitian dalam pemberian pakan. Saya dapat membayangkan bagaimana rumitnya mengatur pola pemberian pakan ikan, seperti yang saya lihat langsung dalam praktik budidaya yang dilakukan rekan saya Santoni Findy Tobing (30), pembudidaya Ikan Patin di kawasan Bogor. Ikan yang dibudidaya pun dibagi menjadi beberapa kategori.
Pertama, ikan yang baru menetas. Kedua, ikan yang mulai beranjak ke masa kana-kanak. Ketiga, ikan dewasa, dan keempat ikan siap panen. Dari kategori tersebut, masing-masing ikan mendapat perlakuan yang berbeda, termasuk komposisi, frekuensi dan volume pakan. Untuk petani yang baru bermain dalam budidaya ikan darat yang hanya memiliki dua hingga tiga karyawan, hal ini cukup menyulitkan di mana tenaga dan waktu habis hanya untuk memberi pakan secara manual.
Inovasi yang digagas Gibran memberikan manfaat yang amat praktis bagi pelaku usaha budidaya ikan. Idenya sederhana, namun dampaknya luas. Teknologi E-fisheryyang ditawarkan Gibran memudahkan petani, termasuk dalam memantau kondisi nafsu makan ikan dan merekam jumlah pakan yang disantap ikan di mana teknologi ini dapat dikendalikan jarak jauh dan mudah melalui gadget maupun perangkat komputer.
Memberi pakan melalui media SMS tampaknya tak lazim, namun realitanya pemberian pakan pada ikan dapat dikontrol secara mudah oleh pembudidaya ikan hanya melalui ponsel. Bagaimana teknologi berbasis internet dapat berkolaborasi demikian apik dengan dunia aquakultur. Pemberian dosis pakan yang tepat dapat dilakukan secara mudah dan realtime serta tercatat dengan baik.
Kiprahnya dalam budidaya lele inilah yang kemudian menjadi penanda bagi Gibran untuk lahirkan ide yang manfaatnya dapat dirasakan sesama petani budidaya ikan. Memahami secara persis masalah di lapangan, menggerakkan lulusan Fakultas Ilmu dan Teknologi Hayati di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini untuk membangun inovasi berbasis digital yang dikhususkan menjawab persoalan efisiensi pemberian pakan.
Menengok siklas perjalanan Gibran memberikan harapan yang lebih baik terhadap perkembangan aquakultur. Dalam konteks pertanian secara luas, dunia on farmbukan sesuatu yang menarik bagi kalangan muda untuk digeluti. Petani muda yang mengkhususkan diri dalam budidaya ikan air tawar seperti Gibran menjadi pemantik benih masa depan yang lebih baik bagi keberlanjutan sektor pangan.