Mohon tunggu...
Jack Umbu Warata
Jack Umbu Warata Mohon Tunggu... -

Lahir di Sumba, desa Marokota, NTT Saat ini tinggal dan bekerja Bonn, di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dua Remaja Jerman, Menjalani Misi Kemanusiaan di Sumba, NTT

27 Agustus 2014   01:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dua remaja Jerman menjalani petualangan masa muda mereka menuju Indonesia untuk  misi kemanusiaan dan sosial di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.  Tanggal 12 September 2013, untuk pertama kalinya, mereka tiba di Pulau Sumba, dengan bahasa Indonesia yang sangat terbatas.  Tetapi setelah dua bulan, mereka bisa berbahasa Indonesia dengan baik.

Marcello Barth, 19 tahun dan Andi Parzen, 19 tahun bekerja  sebagai tenaga suka rela (Volunteers) di bawah naungan Redemptorist Volunteer Ministries di kotaBonn- Jerman.  Setelah menamatkan pendidikan SMA di Colose Josephinum Bonn di Jerman, mereka ingin menimba pengalaman lain (sebelum melanjutkan kuliah mereka) dengan bekerja di daerah terpencil, dan masih terbatas segala sarananya. Untuk tahun Ajaran 2013-2014,  Redemptorist Volunteer Ministries mengirimkan 14 tenaga suka rela ke beberapa Negara:  ke Amerika, Argentina, Irlandia, Peru, Thailand,  dan Indonesia (Pulau Sumba).

P. Dr. Langer, CSsR menjelaskan, bahwa Sumba menjadi salah satu tempat favorit yang dilamar oleh para calon Volunteer. Marcello dan Andi  bekerja dengan Pasport pekerja sosial, dengan misi menakjubkan: bekerja dan mengajar dengan sukarela tanpa digaji. Di Sumba, Pastor Efrem Boly, CSsR (rector Asrama Pada Dita) dan Pater Domiikus Rihi Mone, CSsR (kepala SMA Katolik Anda Luri)   menjadi pendamping .

Selama di Sumba, mereka tinggal di Asrama Pewarta Injil Pada Dita Waingapu, Sumba Timur, NTT.  Asrama ini didirikan tahun 1963, oleh misionaris Redemptoris asal Jerman alm. Mgr. Legeland, CSsR. Tujuan asrama adalah untuk mendidik orang muda Sumba supaya memperoleh masa depan yang cerah. Cita-cita ini diteruskan oleh Para pastor Redemptoris sampai sekarang ini. Saat ini, Asrama ini juga menerima siswa dari berbagai daerah di NTT.

Sejak tahun 2009, Asrama Pada Dita telah menjalin kerja sama dengan satu lembaga di Jerman: Redemptoris Volounteer Ministries, untuk misi kemanusian dan pendidikan. Selama satu tahun di Sumba, mereka mengabdikan diri mengajar di SMP dan SMA Katolik Anda Luri, untuk pelajaran Bahasa Ingris, Jerman dan Matematika.  Mereka juga membantu anak-anak Asrama Pada Dita dengan les-les tambahan. Sejak pagi mereka bangun jam 5, dan memulai aktifitas  dengan Perayaan Ekaristi atau doa pagi bersama: Jam 6 Pagi: sarapan. Setiap hari mereka berjalan kaki bersama anak-anak Asrama ke sekolah sepanjang 2 km. Sore hari aktifitas mereka memberikan les tambahan untuk anak-anak asrama, sampai jam 9 malam.

Kehadiran mereka membawa suasana baru, dan memberikan motivasi kepada lebih dari 1.000 di sekolah dan lebih dari 100 siswa di Asrama. `Mereka berbaur dengan budaya Sumba, bahkan mereka juga diberi nama Sumba: Marcello Umbu Bintang dan Andy Umbu Mangganna, ungkap Pastor Efrem.  ´Setiap anak ingin bercerita dan bertanya pada kami, tentang budaya Jerman, dan tentang hal-hal yang berguna untuk masa depan`, ungkap Marcello dan Andy.

Sebelum mereka kembali ke Jerman, pada tanggal 20 Juli 2014, dibuat acara perpisahan yang meriah di Asrma Padadita dihari oleh semua guru dan lebih dari 100 siswa sebagai ucapan terima kasih atas ´karya social mereka´. `Thank you so much´, begitulah tema perpisahan mereka. Marcelo dan Andy, sangat sedih dan menangis ketika harus meninggalkan Sumba. ´Kami sangat mencintai Sumba dan orang-orang yang sangat ramah´, ungkap Andy dan Marcello. Andy dan Marcello telah jatuh hati dengan Sumba. Dan mereka ingin kembali lagi suatu waktu di Sumba.

Pater Efrem, rector Asrama Pewarta Injil mengatakan bahwa pemberian diri, waktu dan motivasi dari dua remaja Jerman tanpa pamrih adalah bukti bahwa, Allah tidak pernah membiarkan umatnya sendirian. ‘Kami berterima kasih, karena Allah tetap mencintai kami di daerah terpencil, bahwa kami tidak pernah berjalan sendiri, dan bahwa masih ada saudara-saudara kami dari luar benua, mengabdikan diri bagai kemajuan anak-anak Sumba`, ungkapnya. Kerjasama kedua lembaga ini semakin meningkatkan hubungan antara Jerman dan Sumba khususnya di bidang pendidikan.

Tanggal 13 Agustus 2014, di kota Wittem, Belanda, Marcello dan Andy mempresentasikan kegiatan social mereka selama di Sumba. `Kami sangat jatuh cinta dengan Sumba´, kata mereka. Mereka menujunkka kepada peserta seminar dan menjelaskan juga tentang kain Sumba, Parang dan Gong. Mereka menutup presentasi itu, sambil memukul Gong Sumba (yang mereka bawa dari Sumba lengkap satu set), payawau dan kayaka (teriakan khas orang Sumba). Karena sangat tertarik dengan misi di Sumba, tahun ini, akan ada lagi 2 orang muda Jerman yang ke Sumba.

Cinta orang Jerman terhadap orang Sumba melalui pengabdian diri yang hebat dan tulus dan juga penghargaan Budaya local yang menakjubkan, memotivasi kita, orang Indonesia, supaya di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan kita yang ke- 69 negara kita Indonesia, juga semakin banyak orang yang berbagi dan mengabdikan diri bagi sesamanya.

14090534052076563600
14090534052076563600

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun