[caption id="" align="aligncenter" width="386" caption="Ilustrasi lahan pertanian (Sumber: Manado Post)"][/caption]
Bertambahnya jumlah penduduk dan kurang berpihaknya pemerintah mengelola produk pertanian lokal, menjadi penyebab utama menurunnya hasil pertanian.
Dalam laporan BPS terbaru, kontribusi sektor pertanian di Sulawesi Utara (Sulut) menempati posisi terendah di dalam data pertumbuhan ekonomi daerah. Di triwulan IÂ 2012 misalnya, sektor pertanian hanya tumbuh sekira 5,86 persen, turun dibanding triwulan IV 2011 sebesar 10,82 persen.
Laporan itu menyebutkan, hampir semua sub sektor pertanian mengalami penurunan, seperti sub-sektor peternakan -33,9 persen, perkebunan -19,31 persen, kehutanan -13,37 persen dan sub-sektor perikanan -2,36 persen. Hanya sub-sektor tanaman pangan bisa tumbuh 3,69 persen.
Salah satu faktor penyebab merosotnya sektor pertanian di Sulut ini, akibat jumlah produksi dari sektor pertanian turun. Harus diakui, melemahnya sumbangan sektor pertanian dalam pemasukan daerah ini, disebabkan oleh terjadinya migrasi tenaga kerja sangat kencang ke sektor industri dan jasa. Memang, dalam beberapa decade terakhir ini, Sulut sedang membenahi sektor ekonomi sebagai pintu masuk negara-negara Pasifik.
Menurut saya, data penurunan di sektor pertanian ini harus menjadi perhatian serius pemerintah dan pihak-pihak berkepentingan. Pemerintah pusat pun juga perlu berperan aktif, untuk kembali menggairahkan kembali sektor pertanian. Karena hal ini bisa saja terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia, khususnya propinsi tetangga Sulut.
Sebenarnya, upaya untuk meningkatkan produksi pertanian di Sulut sudah direncanakan sejak lama, khususnya di era awal pemerintahan Gubernur SH Sarundajang. Selaian di kota-kota di Sulut, mayoritas pekerjaan warga Sulut adalah tani. Mudah-mudahan dengan kondisi saat ini, bisa ada terobosan baru di sektor pertanian Sulut, agar nantinya tak merugikan para petani.
Salam Kompasiana!
Jackson Kumaat on :
|Â My Blog |Â Kompasiana |Â Website |Â Facebook |Â Twitter |Â Posterous |Â Company|Â Politics |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H