Ibu Negara kira, Ani Yudhoyono, kabarnya enggan menjadi calon presiden (capres) 2014. Lantas, apakah ‘Keluarga Cikeas’ rela menyerahkan Istana ke capres lain? Saya pikir tidak. Keluarga Cikeas dan Partai Demokrat masih memiliki stok pemimpin untuk kursi RI-1.
Pramono Edi Wibowo namanya. Ia adalah adik kandung Ibu Ani. Pramono dan Ibu Ani adalah anak dari Letjen Pur Sarwo Edi Wibowo, komandan RPKAD yang terkenal di era 1965. Pramono menjabat sebagai KSAD sejak 2011. Dan bila tak ada halangan, Pramono kemungkinan akan diangkat menjadi Panglima TNI akhir tahun 2012 atau awal tahun 2013.
Kenapa saya pilih Pramono? Dan apa pula hubungannya dengan Prabowo Subianto?
Pertama, profil Pramono memang ‘kurang’ dikenal masyarakat. Tapi setidaknya jika berminat, kita bisa mencari profil Pramono via www.google.com. Nah, bagi saya dan masyarakat awam, sepak terjang (track record) calon pemimpin. Intinya hanya satu, yakni pemimpin yang bersih. Menurut saya, Pramono telah memenuhi kriteria tersebut. Apalagi, kini ia menjadi KSAD dan memiliki pengalaman di institusi militer.
Berbeda dengan capres lain seperti Prabowo Subianto yang dibayang-bayangi oleh kasus penculikan aktivis 1998, yang nantinya bisa menjadi batu sandungan pada 2014 mendatang. Meski demikian, hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting perlu menjadi pertimbangan, bahwa 70 persen responden yang memilih Prabowo sebagai capres 2014, tidak tahu kasus yang dialami Prabowo selama ini. Ini bisa juga jadi gambaran, bahwa mayoritas orang Indonesia ‘sudah lupa’ kasus yang pernah dialami Prabowo. Kondisi ini sangat berbeda pada Aburizal Bakrie, yang dianggap sebagai capres bermasalah dengan lumpur Lapindo.
Kedua, Pramono dan Prabowo sama-sama dari kesatuan militer Kopasus. Konon, pasukan militer ini sangat terkenal di seantero jagat militer dunia. Sampai-sampai, pihak militer Amerika Serikat kepincut untuk belajar pengalaman Kopasus. AS menganggap Kopasus sebagai ‘Rambo’-nya Indonesia, yang memiliki kemampuan individu berkelas tinggi.
Nah, bedanya Pramono dan Prabowo di Kopasus adalah akhir karir di institusi tersebut. Pramono sukses melanjutkan karir usai menjadi Komandan Jendral Kopasus, sedangkan Prabowo dipecat oleh TNI karena dianggap memerintahkan tim mawar untuk menculik para aktivis. Kini, Prabowo aktif di dunia usaha bisnis dan Partai Gerindra.
Ketiga, saya beranggapan bahwa publik sangat mengidam-idamkan ‘figur baru’ dalam menentukan capres. Figur baru yang saya maksud adalah nama capres yang belum terkontaminasi dunia politik, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Asumsi saya, masyarakat sudah bosan dengan wajah-wajah lama, meskipun yang bersangkutan sangat populer di media massa.
Bagi saya, Pramono merupakan wajah baru tersebut. Berbeda dengan Prabowo yang wajahnya sudah cukup sering terlihat, terlebih saat Pilkada DKI Jakarta lalu, Pramono hingga kini ‘nyaris’ belum muncul di media. Ini juga trik bagus (jika) Keluarga Cikeas dan Partai Demorat mengusung Pramono. Mungkin, seandainya ‘timing’-nya pas, barulah figur Pramono dijual ke publik atau mengikuti proses pencitraan.
Itulah menurut saya Pramono berhasil memenangkan pertarungan melawan Prabowo. Hat trick untuk Pramono di pertandingan Kompasiana saat ini. Tapi kan masih ada pertandingan lain toh! Jadi masih ada aksi balasan dari Prabowo. Hehehehe…
Jackson Kumaat on :
|Â My Blog |Â Kompasiana |Â Website |Â Facebook |Â Twitter |Â Posterous |Â Company|Â Politics |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H