Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Periode Ketiga Diisi Istri?

3 Januari 2011   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:00 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah berita edisi akhir di pengujung tahun 2010 Suara Pembaruan 31 Desember 2010, menarik perhatian mata saya. Koran yang biasa terbit sore ini memuat judul “Pemerintahan Sukses, Ani Melangkah Mulus”. Bagi saya, itu adalah berita hot, tapi juga terlampau dini untuk dipublikasi. Ibu negara Ani Yudhoyono layak jadi calon presiden 2014?

Di dalam berita itu, di antaranya berisi komentar pengamat politik Karel Susetyo dan bos surveyor Indo Barometer M Qodari. Mereka berdua tampaknya sudah mendapat ‘benang merah’, bahwa istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau yang biasa disapa Ani Yudhoyono, layak menjadi pemimpin RI masa depan.

Tampaknya, wacana Ibu Ani menjadi capres setelah era Presiden SBY, sudah layak menjadi konsumsi publik media. Meski Pemilu 2014 sebenarnya masih cukup lama atau sekitar 3 tahun lagi, tapi isu seperti ini memang terlihat ‘seksi’ untuk dicermati.

Saya masih ingat ada berita di kompas.com yang berjudul ‘SBY-Ibu Ani Takan Ikut Pilpres 2014’. Pak Beye menegaskan, bahwa dia dan ibu negara Ani Yudhoyono tak akan mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2014. ”Kami sudah bersyukur dapat merampungkan tugas kami memimpin negara. Kami bersepakat untuk kembali ke lingkungan masyarakat, mendirikan perpustakaan untuk rakyat sehingga kita bisa saling berkomunikasi," kata Pak Beye.

Sebulan kemudian, dalam sebuah acara bulan puasa pada tahun 2010, Pak Beye menyatakan, kepala daerah yang menunjuk istri atau anaknya menjadi calon penggantinya melalui pemilihan kepala daerah, meskipun bisa dinilai demokratis tetapi tidak patut. Pak Beye juga meminta para kepala daerah agar yakin bahwa masih banyak calon dan kader yang siap menggantikan mereka.

Tampaknya saat itu Pak Beye mulai ‘melunak’ dan tidak tegas memberikan larangan, sehingga memberi kesempatan kepada para istri kepala daerah untuk berkompetisi. Maka dampaknya, sepanjang tahun 2010, ada tujuh istri bupati yang maju dalam Pemilukada. Ada yang menang, dan ada juga yang kalah. Ini adalah daftar para istri yang berkompetisi Pilkada.

Pemenang Pemilukada Kediri salah satu yang menarik. Bupati terpilih Kediri adalah Haryanti yang berpasangan dengan Maskuri. Haryanti adalah istri pertama Bupati Kediri yang sebelumnya, Sutrisno. Haryanti tak hanya sekedar menggantikan posisi suaminya yang sudah dua periode menjabat. Namun juga berhasil mengalahkan pesaingnya yang merupakan istri kedua suaminya sendiri. Ckckck...

Jika memang Bu Ani benar-benar mendaftarkan diri ke KPU Pusat pada 2014, maka itu berarti Pak Beye kurang jujur terhadap pernyataannya tahun 2010. Tapi meskipun demikian terjadi, saya yakin Pak Beye akan bersilat lidah dengan mengatakan bahwa memang inilah proses demokrasi itu. Namun, jika Bu Ani benar-benar tidak meramaikan bursa capres, maka saya berpikir, akan ada kejutan di tahun 2014.

Dan terakhir, mungkin faktor daya tarik saya lainnya menulis ini adalah tulisan Dody Purbo, seorang kompasianer yang mengaku penjual sarung bekas. Di tulisan agak provokatif yang berjudul ‘Ibu Ani Calon Presiden 2014 itu', melansir sebuah foto lama dari album keluarga. ‘Batikku: Pengabdian Cinta Tak Berkata’.  Dalam buku ini Ibu Ani banyak bercerita tentang kecintaannya kepada batik sejak muda.

Sengaja saya copas foto tersebut di sini. Bagi yang mau bahas politik, silakan berkomentar, dan bagi yang ingin sekedar nikmati foto masa muda Pak Beye dan Bu Ani, monggo....

Salam Kompasiana!

Ibu Ani dan Pak Beye. Foto ini diambil dari buku yang ditulis Ani Yudhoyono berjudul ‘Batikku: Pengabdian Cinta Tak Berkata’.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun