[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Angkutan Air, sarana utama di Venice Italia yang bersabahat dengan lingkungan. (Foto: dok pribadi)"][/caption]
AKHIRNYA, kesampaian juga mengunjungi kota Venice di Italia. Banyak kalangan menyebut Venice sebagai ‘kota romantis’. Itulah yang dijadikan pemerintah Italia untuk menjadikan kota ini sebagai ujung tombak pariwisata.
Apa sebenarnya kunci pariwisata Venice?
Sebelum berangkat ke Italia untuk keperluan dinas kerja ini, saya berupaya mencari tahu segala sesuatu tentang Venice. Kebetulan, Kompasianer Irfan Prabudiansyah sudah melancong ke Italia dan melaporkannya di kompasiana berjudul Mengeksplore keindahan Venezia, ‘kota seribu kanal’.
Alhasil, tak ada rintangan yang sulit saat tiba di Venice. Kota ini tertata rapi dengan ciri khas arsitektur Eropa. Sejumlah media menyebut Venice sebagai "La Dominante", "Serenissima", "Ratu Adriatik", "Kota Air", "Kota Masker", "Kota Jembatan", "Kota Mengambang", dan "Kota kanal ". Bahkan, The New York Times menggambarkan Venice sebagai salah satu kota di Eropa yang paling romantis.
Kota ini terbentang sepanjang 117 pulau kecil di Lagoon Venesia, sepanjang Laut Adriatik di timur laut Italia. Laguna air asin membentang di sepanjang garis pantai antara mulut (selatan) Po dan Piave (utara) Rivers. Estimasi penduduk 272 ribu jiwa termasuk penduduk Comune seluruh Venezia, dimana sekitar 60 ribu di kota bersejarah Venice (Centro storico), 176 ribu di Terraferma (Daratan), terutama di frazioni besar Mestre dan Marghera, dan 31.000 tinggal di pulau-pulau lainnya di laguna.
Dahulu kala, Republik Venesia adalah kekuatan maritim besar selama Abad Pertengahan, jaman Perang Salib dan Pertempuran Lepanto, serta sebagai pusat perdagangan yang sangat penting (khususnya sutera, biji-bijian dan perdagangan rempah-rempah) dan seni di abad ke-13 sampai akhir abad ke-17. Venesia ini membuat sebuah kota yang kaya hampir sepanjang sejarah.
Di sini juga dikenal dengan beberapa gerakan artistik penting, terutama masa Renaissance. Venice telah memainkan peran penting dalam sejarah musik simfoni dan opera, dan merupakan tempat kelahiran Antonio Vivaldi.
Saya ingin berbagi pengalaman di seputaran Rialto Bridge. Jembatan ini konon terkenal dalam sejarah karena entuknya yang unik. Ada banyak film Hollywood yang menampilkan suasana Venice, seperti Merchant of Venice yang dibintangi Al Pacino, The Tourist yang dibintangi Johnny Depp dan Angelina Jolie, serta film Chasing Liberty yang dibintangi Mandy Moore.
Bagi pasangan muda-mudi, inilah hal yang banyak diimpikan, yakni menaiki gondola. Meski harga naik gondola sebesar €80 per 50 menit atau setara dengan harga kamar satu malam, tapi gondola-gondola di Venice tak pernah sepi penumpang.
Mungkin inilah yang membedakan Venice dengan kota-kota wisata di dunia. Venice menyuguhkan suatu ciri khas yang dinikmati oleh wisatawan secara personal. Tentunya, hal ini ditunjang oleh kebijakan pemerintah dan peran serta masyarakat dalam menghidupkan sektor pariwisata.
Kota-kota di Indonesia sebenarnya dapat mengadopsi pariwisata Venice. Manado misalnya, kota pariwisata yang terletak di pinggir pantai, bisa mengadopsi Venice sebagai kota pariwisata.
Salam Kompasiana!
[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Bersama rombongan dari Pemprov Sulawesi Utara menaiki gondola di Venice, dalam kunjungan ke Eropa mencari investor. (Foto:dok pribadi)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H