Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Harus Memilih Partai Demokrat

1 Mei 2011   00:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:12 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="720" caption="Ketua Umum Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) Letjen Purn M Yasin, saya dan pengurus Pakar Pangan, saat penutupan acara Rapimnas Pakar Pangan di Denpasar Bali, 30 April 2011. (Foto: dok. pribadi)"][/caption]

DAHULU musuh, kini kini berteman. Dahulu kawan, kini tetap bersahabat. Mungkin itu adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan iklim politik saat ini, khususnya bagi para politis muda yang di ujung tanduk pintu masuk Pemilu 2014.

Ya, itu adalah realita yang harus dihadapi partai politik (parpol) peserta Pemilu 2009, yang gigit jari tak mendapat kursi di DPR RI. Jika menggunakan aturan parliamentary threshold UU Politik lama saja, saya dan rekan-rekan pengurus Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) sudah tak bisa ikut Pemilu berikutnya. Apalagi dengan UU Politik baru yang sedang digodok DPR RI. Nasib kami pun mati suri.

Nah, kini saatnya memilih. Parpol tempat saya melampiaskan libido politik saya, tak lama lagi tak diizinkan KPU Pusat ikut di arena Pemilu 2014. Kami pun harus pindah ke kendaraan politik yang baru, sebelum tertinggal di tengah jalan.

Dalam pertemuan Rapimnas Pakar Pangan di Hotel Puri Ayu Bali yang berakhir Sabtu malam (30/4/2011), hal ini saya sampaikan di depan 33 pimpinan Pakar Pangan serta sekitar 100 orang anggota DPRD propinsi, kabupaten dan kotamadya Pakar Pangan se-Indonesia.

Tak disangka tak ada peserta yang menolak pindah kendaraan ke Partai Demokrat. Ternyata, sejak kekalahan koalisi Mega-Prabowo di Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 lalu, kader-kader dan anggota DPRD yang tersebar di penjuru Nusantara, sudah melakukan lobi-lobi politik di tingkat lokal. Jadi, tak ada alergi untuk menjadi penumpang baru di Partai Demokrat.

Sebenarnya ada banyak alasan memilih parpol ini. Di antaranya adalah Partai Demokrat diprediksi masih menjadi parpol besar di masa mendatang. Terlepas dari karut-marut iklim politik nasional yang mempengaruhi citra parpol ini, kami harus memilih kendaran yang terbaik dari yang terbaik. Minimal, cara berpikir kami adalah memilih kendaraan bekas yang terbaik dari sejumlah kendaraan bekas lainnya.

Beruntung, ketua umum Pakar Pangan, Pak M Yasin, yang dulu dekat dengan Pak Beye sebelum menjadi presiden RI pada Pilpres 2004, pun sehati tak menolak. Kami jadi optimis 100 persen untuk menggunakan kendaraan baru menjelang Pemilu 2014. Maka itu artinya, nama parpol harus diubah menjadi sebuah lembaga atau ormas baru, sebagai sayap politik di struktur internal Partai Demokrat.

Pak Yasin di pidato politiknya juga mengatakan, bergabungnya Pakar Pangan ke Partai Demokrat tidak akan mengganggu hubungannya dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Soebianto. "Tak masalahlah, kami tetap bersahabat," katanya.

Kini tinggal harapan dan semangat juang baru. Kendaraan yang kami tumpangi bukanlah kendaraan baru, tapi tidak juga kendaraan tua. Kami yakin, Partai Demokrat diprediksi tetap akan menjadi partai terbesar dalam Pemilu Legislatif mendatang.

Setidaknya, kami tak hanya menjadi penonton yang tertinggal di tengah jalan. Tujuan kami masih panjang dan pentuh tantangan. Semoga masa depan politik Tanah Air akan lebih demokratis.

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun