Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demam Baju Kotak-kotak Kian Tak Terbendung

18 September 2012   08:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 2377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini, seorang manajer di kantor saya sedang kebingungan membeli baju kotak-kotak, untuk dikirimkan ke sanak keluarganya di Pekanbaru Riau. Ia bingung, karena baju kemeja yang dicari bermotif kotak-kotak ala atribut kampanye Jokowi-Basuki di Pilkada DKI Jakarta.

Padahal, aura penonton di Pekanbaru sedang ramai-ramainya atribut dan ornament oleh-oleh PON. Tapi anehnya bagi saya, justru ada juga warga daerah yang berminat memiliki baju kotak-kotak.

Bu Euis Darmaya, begitu ia disapa rekan se-kantor. Di kantor kami terbagi tiga lantai, yakni lantai satu ruang meeting, lantai dua untuk urusan politik dan lantai tiga untuk kepentingan bisnis. Nah, Bu Euis ini berada di lantai dua, sebagai Kepala Sekretariat Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan). Meski secara politik kami memberikan dukungan kepada Foke-Nara, tetapi secara individu kami bebas memilih sesuai hati nurani.

Setelah cek sana-sini di www.google .com, ia langsung mulai memburu baju kotak-kotak. Konon, baju kotak-kotak tersebut banyak tersedia di Pasar Tanah Abang. Lantaran kuatir macet di siang hari, ia mampir di Jalan Surabaya, kawasan Menteng Jakarta Pusat.

Kemudian dibelinya 5 baju pesanan tersebut, masing-masing Rp 75 ribu untuk kemeja tangan pendek dan Rp 110 ribu untuk tangan panjang. Tak itu saja, ia juga membeli sepasang boneka lucu Jokowi-Ahok seharga Rp 30 ribu.

[caption id="" align="alignleft" width="362" caption="Boneka Ahok (Foto: Felix Rahadjo)"][/caption]

Boneka itu merupakan pesanan teman sekantornya keturunan Tionghoa, Reagan Felix Raharjo. Kabarnya, boneka tersebut ingin dipasang sebagai hiasan gantungan di kaca depan mobilnya. Ia mengaku penggemar berat Ahok bukan karena alasan seetnis, tapi karena keberaniannya mengungkap kebenaran.

Bagi saya, demam baju kotak-kotak bagaikan tak terbendung. Fenomena ini sebenarnya pernah saya lakukan ketika saya bertarung sebagai calon walikota Manado pada 2010 lalu. Kala itu, saya menggunakan atribut-atribut dengan logo ‘Go Jacko’. Saya menggunakan simbol atribut tersebut di kaos, kemeja, gantungan kunci, stiker kecil hingga stiker one way vision untuk kaca belakang mobil.

KPU dan Panwaslu kota Manado saat itu tak bisa melarang saya menggunakan atribut-atribut tersebut, karena memang tak ada pasal yang mengaturnya. Kampanye hanya mengatur penggunaan atribut lambang partai politik. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, tapi saya bisa mengambil kesimpulan, bahwa cara ini terbukti meningkatkan popularitas di kalangan masyarakat.

Kembali ke soal baju kotak-kotak. Kini, ‘demam’ mengenakan baju kotak-kotak bukan saja terjadi di Jakarta dan daerah lainnya. Atau bisa jadi, ‘demam’ ini akan terjadi di titik puncak di saat pencoblosan, pada 20 September 2012. Faktanya saat ini, trend baju kotak-kotak juga sudah merambah ke luar negeri, meskipun di sana tak ada TPS untuk warga ber-KTP Jakarta. Bahkan, sejumlah bule turut bernarsis-ria mengenakan baju kotak-kotak.

Salam Kompasiana!

[caption id="" align="aligncenter" width="467" caption="Seorang bule di Italia mengenakan baju kotak-kotak (Foto: Veronika Widuri)"][/caption]

Jackson Kumaat on :

| My Blog | Kompasiana | Website | Facebook | Twitter | Posterous | Company| Politics |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun