Om Swastyastu,
Bapak Presiden yang terhormat,
Dari ujung utara-ujung selatan, dari pesisir barat - pesisir timur, rakyat BALI meradang dan menangis melihat pembantai yang terjadi di Lampung.
Bpk presiden, dimana letak rasa kemanusiaan dan persatuan di negeri yang katanya menjungjung tinggi ke-Bhinekaan ini?
Wahai Bapak Presiden…
Kami kaum minoritas selalu tertekan dan terjepit. Mulai dari kasus teroris, bom Bali, sampai pembantaian etnis. Kini, kepada siapa kami mengadu kalau Bapak cuma suka kunjungan ke luar negeri?
Bapak Presidenku...
Salahkah kalo nanti kami ganti Rupiah dengan Dollar? Bolehkah kami ganti burung garuda dengan burung ongkara? Lalu, apa boleh kami ganti Pancasila dengan falsafah TRI KAYA PARISUDA?
Bapak Presiden, kami capek dengan semua ini..
Ingin rasanya kami menjadi bagian dari negara Amerika Serikat atau Australia, karena kami rasa merekalah yang lebih bisa menerima kami.
Dulu kami bangga menjadi WNI tapi sekarang sudah tidak lagi.
Trimakasih Bapak Presiden...
Karena ini mata kami mulai terbuka tentang arti sebuah TOLERANSI.
Jika memang Bali NUMPANG di Indonesia,
mengapa Bali masih menjadi tujuan wisata mancanegara?
Jika memang Bali menyembah batu kata anda,
mengaapa Bali selalu damai dan sejahtera?
Apa sebenarnya salah Bali? Kenapa Anda bom Bali sampai 2 kali?
Jika Anda benci Bali, kenapa pada saat liburan Anda pergi ke BALI?
Tapi, tolong pikirkan, sudah benarkah anda?
Apa salah kami?
Saudara-saudara Anda di sini makmur,
tapi kenapa saudara-saudara kami di sana disiksa?
Seandainya ada kesalahan individu, mengapa sekampung yang menjadi korban?
Di Bali, orang luar bali kami hormati
Mereka salah kami tidak menghakimi.
Apakah di mata Anda, ini tanda mulainya SARA dibedakan?
Denpasar, 10 November 2012
Jackson Kumaat on :
|Â My Blog |Â Kompasiana |Â Website |Â Facebook |Â Twitter |Â Posterous |Â Company|Â Politics |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H