Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ical Vs Mega Vs Prabowo Vs Djoko Suyanto

16 Oktober 2012   09:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:47 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMPETISI penjaringan calon presiden menjelang Pemilu 2014, tampaknya mulai memanas. Ini bukan lain setelah beberapa lembaga survei meminta pendapat masyarakat tentang figur yang mereka idampkan pasca Pak Beye lengser secara konstitusi.

Sebelumnya, lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting memaparkan 70 persen responden masyarakat Indonesia memilih Prabowo sebagai capres 2014. Aburizal Bakrie dan Megawati Sukarnoputri berada di posisi kedua dan ketiga dengan perolehan beda tipis. Sedangkan di posisi keempat dipegang oleh Jusuf Kalla. Ada juga capres yang popularitasnya naik tajam, yakni Dahlan Iskan sebesar 5,6 persen.

Kemarin, Lembaga Survei Nasional (LSN) juga merilis hasil survei sejumlah partai politik yang cukup populer saat ini untuk dipilih, termasuk nama-nama parpol yang ‘terkenal’ korup. Hasilnya, Partai Demokrat menempati posisi tertinggi yang dianggap korup (51 persen), disusul Partai Golkar (5 persen) dan PDI Perjuangan (4 persen). Tapi uniknya, tiga partai yang menempati posisi elektalibiltas teratas adalah Partai Golkar (18 persen), PDI Perjuangan (14 persen), dan Partai Gerindra (12 persen). Hasil survei ini juga menunjukkan, sebesar 61,5 persen mendambakan partai bersih yang dapat menjadi motor gerakan pemberantasan korupsi. Sumber: Kompas

Jika dirunut dari parpol terpilih secara elektabilitas, maka saya bisa membayangkan Partai Golkar akan mencalonkan Aburizal Bakrie, PDI Perjuangan mencapreskan Megawati Sukarnoputri dan Partai Gerindra tetap konsisten mencapreskan Prabowo. Bisa jadi, ketiga nama tersebut akan meramaikan panggung politik 2014 mendatang. Nah, bagaimana dengan Partai Demokrat dan parpol berbasis Islam yang disurvei justru melorot tajam? Dan bagaimana pula nasib Partai Nasdem yang selalu gencar berpromosi secara gratis di media Grup MNC dan Metro TV?

Pertama, kemungkinan besar Partai Demokrat masih menyimpan banyak stok capres untuk pemilu 2014. Di tulisan saya sebelumnya berjudul Pramono Edi Wibowo Vs Prabowo Subianto, adik kandung Bu Ani bisa menjadi ‘kuda hitam’ di bursa Partai Demokrat. Nama alternative selain Pramono adalah Djoko Suyanto, yang kini menjabat Menko Polhukam. Nama ini cukup santer disebut-sebut di kalangan politisi Demokrat.

Kedua, bisa jadi parpol berbasis Islam memunculkan capres di saat injury time, seperti yang dilakukan PKS ketika mengusung Hidayat Nur Wahid pada Pilkada DKI Jakarta. Tapi nama capresnya, tentu saya belum tahu.

ketiga, Partai Dasdem yang konon mendapat dukungan penuh dari publikasi media Grup MNC dan Metro TV, sepertinya masih pada nama Surya Paloh. Sayangnya, meski lewat beberapa survei terakhir, nama Paloh kurang mengangkat. Jadi, kita lihat saja nanti, apakah Partai Nasdem akan tetap ngotot pada nama Surya Paloh atau tidak.

Dan keempat, saya pikir jika nantinya Partai Demokrat, parpol berbasis Islam dan Partai Nasdem memiliki daya tawar, maka mereka akan mengincar papan dua alias cawapres. Untuk kursi RI-2 tentunya atas kebijakan capres dan parpol pengusungnya.

Nah, setidaknya yang menarik adalah keempat figur yang saya jadikan sebagai judul tulisan ini. Waktu terus berjalan, dan tinggal menentukan Hari-H. Setidaknya, Hari-H tersebut adalah deklarasi capres dari masing-masing parpol. Jika ditanya kenapa belum ada deklarasinya, ya tentu jawabannya sebenarnya sederhana. Ibarat bermain kartu, pemain yang membuka kartu di atas meja pertama kali biasanya bernyali cukup tinggi dan berpeluang menang. Tapi, bisa jadi, pemain yang meletakkan kartu terakhir kalilah pemenangnya. So, kita tunggu saja.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on :

| My Blog | Kompasiana | Website | Facebook | Twitter | Posterous | Company| Politics |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun