Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stop Tawuran!

28 September 2012   08:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:33 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Keluarga, kerabat dan rekan almarhum Deni Yanuar berdoa saat menghadiri pemakaman rekannya tersebut di Tempat Pemakaman umum Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Kamis (27/9/2012). Deni adalah siswa SMA Yayasan Kerja 66 yang tewas dalam tawuran antar pelajar sehari sebelumnya. (Foto : Kompas) "][/caption]

Dua kasus perkelahian pelajar yang terjadi di Jakarta, masing-masing pada Senin (24/9/12) dan Rabu (26/9/12), telah menambah panjang deretan kekerasan antar-pelajar. Alawy Yusianto Putra (15) dan Deny Yanuar (17) tewas setelah masing-masing dibacok di dada dan dikeroyok secara brutal. Apalagi, kasus perkelahian antara SMAN 6 dan SMAN 70 yang menewaskan Alawy serta antara SMA Yake dan SMA Setia Bhakti yang menewaskan Deny bukanlah kejadian pertama.

Lantas, di mana akar persoalan sebenarnya?

"Tercatat sepanjang 2012, telah terjadi perkelahian pelajar sebanyak sebelas kali. Dari sebelas kejadian, ada 5 korban jiwa," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto.

Menurut saya, sudah saatnya dilakukan sebuah moral force (gerakan moral) yang didukung oleh semua lapisan masyarakat. Aksi damai untuk menghentikan setiap bentuk kekerasan merupakan salah satu upaya terdepan dalam menekan pemicu tawuran.

Sebenarnya, gerakan kampanye untuk menghentikan aksi tawuran kuncinya ada di masing-masing sekolah. Jika hal ini berhasil dilakukan, maka masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya mengatasi persoalan ini. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan, misalnya menyediakan kegiatan hobi di luar materi sekolah seperti olah raga, musik, kretivitas, seni dan budaya.

Meski ada kalangan yang menyebut kurikulum pendidikan merupakan penyebab pelajar ‘stress’ di sekolah, tapi saya beranggapan lain. Pemicu tawuran di sekolah ataupun atar-sekolah justru disebabkan oleh kegiatan yang menyimpang di luar sekolah. Terlebih, letak geografis sekolah berada di dekat pasar, mall atau terminal bus. Nah, di tempat-tempat seperti inilah yang merupan sumber penyakit sosial yang pada akhirnya menyebabkan sebagian pelajar stress, kemudian melampiaskan emosinya ke sembarang tempat.

Untuk jangka menengah, saya pikir, Gubernur DKI Jakarta yang baru dilantik nanti perlu merelokasi gedung-gedung sekolah ke lokasi yang lebih bersahabat dengan dunia pendidikan. Minimnya sarana pendidikan misalnya prasarana olah raga dan ruang hijau, menjadi faktor penyebab para pelajar melampiaskan ‘darah muda’-nya ke luar dari kebiasaan.

Bisa dibayangkan jika lapangan basket menyatu dengan lapangan bola voli, sedangkan para siswa yang ingin berolahraga jumlahnya mencapai ratusan orang? Belum lagi kondisi ruang teater atau laboratorium yang kondisinya tak terawat dan tak mengikuti perkembangan jaman. Ini sungguh miris. Ibarat tikus yang mati di lumbung padi, mungkin seperti itulah kondisi para pelajar kita yang dituntut banyak belajar, tapi tak didukung oleh sarana infrastruktur.

Dan terakhir, saya cuma ingin berbagi kepada rekan-rekan Kompasianer, untuk terus mengkampanyekan gerakan ‘Stop Tawuran’. Dengan slogan seperti ini ditampilkan di jaringan sosial media, setidaknya mampu mengubah paradigma pelajar. Setidaknya, para pelajar yang membutuhkan perhatian itu, bisa mengerti, bahwa kita turut mendukung masa depan mereka.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on :

| My Blog | Kompasiana | Website | Facebook | Twitter | Posterous | Company| Politics |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun