Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumpah Pemuda untuk Seluruh Suku Bangsa

28 Oktober 2011   09:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="678" caption="Foto bersejarah pada Kongres Pemuda Indonesia, 28 Oktober 1928. (Foto: wikipedia)"][/caption]

Hari ini Sumpah Pemuda kembali diikrarkan. Seremoni ini mengingatkan kita untuk tetap mempertahakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ikrar ‘Sumpah Pemuda’ yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928, merupakan sebuah rumusan yang diambil bukan berdasarkan pemungutan suara terbanyak atau voting. Ikrar ini diambil berdasarkan musyawarah mufakat, yang dilakukan lewat bicara dari hati-ke hati. Tanpa pemaksaan kehendak dan ancaman atau teror.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali pertemuan.

Bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop,para anak muda ini membahas masalah pendidikan di sekolah dan di rumah. Mereka sepakat, setiap anak juga harus dididik secara demokratis.

Di tempat berbeda di waktu yang bersamaan, mereka juga membahas pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” karya WR Supratman, kemudian disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Bagi saya, tidak ada mayoritas minoritas menjelang ikrar Sumpah Pemuda. Pun tak ada pemungutan suara terbanyak. Tampak beda dengan kondisi saat ini, yang lebih mengedepankan perang urat syaraf demi mempertahankan pendapat masing-masing.

Sudah saatnya kita bisa saling menerima dan mengerti dengan segala perbedaan pemuda dalam satu wadah bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, namanya Indonesia! Mari sadarkan pemuda-pemudi di Aceh, Banten dan Jawa Barat, untuk bisa menerima agama lain di daerah mereka. Demikian juga di Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat dan Maluku, jangan hanya memikirkan kemerdekaan untuk berpisah dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ingat, kita sdh bersumpah! Mari lakukan sumpah tersebut.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on : Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun