Kitaro MENJELANG penampilan perdananya di Planery Hall, Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (7/4/2011) malam, Kitaro menyempatkan berkunjung ke Universitas Indonesia Depok. Ada hal yang menarik di sana, Kitaro begitu antusias menyaksikan lagu ‘Bohemian Rapshody’ dengan musik kolintang, yang dimainkan oleh grup musik tradisional, Kolintang Kawanua Jakarta.
"Saya ingin mengenal Indonesia lebih jauh, jadi ajari saya," kata Kitaro. Kitaro begitu tertarik dan mencoba mengamati permainan grup tersebut dari dekat saat alat musik itu dimainkan.
Bagi saya, itu adalah pernyataan sosok seniman yang rendah hati. Seorang Kitaro tentunya memiliki talenta universal untuk memainkan berbagai alat musik, termasuk kolintang. Alat musik dari daerah Minahasa ini sangat populer di kampung halamannya, khususnya di kampung saya, Tareran Kabupaten Minahasa Selatan Sulawsi Utara.
Saya masih belum lupa, ketika berada di Manado menjelang Natal 2009 tahun, saya singgah di pusat perbelanjaan Manado Town Square, atau biasa disebut Mantoz. Saat itu suara kolintang mendendangkan lagu-lalu dari daerah Tapanuli Sumatera Utara, dan bukan lagu dari Sulawesi Utara. Saya pun tersenyum, ketika anak-anak muda tersebut memberdengarkan lagu ‘Sinanggar Tulo’, dengan alunan musik kolintang.
Di Tanah Minahasa sendiri, pernah digelar pemecahan rekor dunia untuk pagelaran ribuan alat musik kolintang dan musik bambu, sebagai cara memperkenalkan alat musik daerah dan pengakuan dunia internasional. Saya setuju aksi ini dilakukan sebagai upaya melestarikan budaya daerah dari gempuran budaya musik asing dan pengaruh negatif teknologi.
Selama musik kolintang dimainkan di UI Depok, saya tertegun oleh sikap Kitaro yang begitu antusias, seperti tersihir oleh alunan musik kolintang. Saya melihat cinta di matanya. Dan inilah good news itu.
Seorang Kitaro begitu mencintai salah satu warisan budaya Indonesia. Saya terharu sekaligus bangga, bahwa budaya Nusantara masih memiliki daya tarik luar biasa bagi orang asing, termasuk seniman multi-talenta, Kitaro.
Mudah-mudahan, tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi para Kompasianer, untuk lebih mencintai budaya negeri ini, di tengah gempuran buaya asing yang dikemas melalui media massa. Budaya asing memang banyak yang bagus, tetapi budaya negeri ini jauh lebih bernilai bagi anak-cucu.
Salam Kompasiana!
Note: Saya tampilkan cuplikan musik Kolintang yang dimainkan oleh grup musik tradisional, Kolintang Kawanua Jakarta di Kampus UI Depok. TErlihat sepanjang musik kolintang dimainkan, Kitaro begitu antusias mengamati. Maaf jika gambarnya kurang bagus, karena saya mendapat gratis via youtube. ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H