Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

'Sepotong Kue Ultah dari Istri'

24 Januari 2011   09:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="648" caption="Sepotong Kue HUT 33 tahun: Ini adalah sepotong kue tar rasa coklat dari Istri Tercinta. Rasanya sangat maknyos karena bertabur kacang/permen m&m dan biskuit Oreo. Saya pun akhirnya minta tambah. Hehehe..."][/caption]

PERJALANAN politik negeri ini memang cukup panjang, bagaikan jalan tiada akhir. Setiap suka dan duka terlewati bagaikan menu hidangan yang disantap tiap hari. Ada yang enak, ada juga yang kurang enak. Bahkan, ada yang terasa pahit hingga sulit terlupakan.

Hari ini saya genap 33 tahun. Hari ini juga, menandai empat tahun saya berkarir secara nyata di dunia politik. Saya cuma anak muda biasa, yang di awal karir politik saya mendirikan partai politik bersama teman-teman muda lainnya se-Indonesia, dan langsung dipilih sebagai ketua umum partai menjelang Pemilu tahun 2009. Saat HUT saya pada 4 tahun yang lalu, saya berdoa agar mampu memikul beban tersebut.

Dan pagi tadi, saya dan Istri Tercinta usai bangun tidur langsung sujud berdoa, mengucap syukur Karunia-Nya sekaligus memohon berkat Tuhan selalu berkelimpahan. Saya tentunya adalah salah satu mahluk yang paling beruntung di bumi ini, karena memiliki istri cantik yang setia dan luar biasa serta dua putra-putri tercinta.

Lantas, apa bedanya hari ini 24 Januari 2011 dengan hari kemarin dan esok hari? Apa pula bedanya hari ini dengan 33 tahun yang lalu? Tentu, secara umum tak ada bedanya. Kemarin, saat ini dan esok atau bahkan masa yang akan datang, hanyalah satu masa putaran bumi yang biasa.

Bencana alam, tetap ada. Hari senang, juga tetap ada. Ada yang sedih, ada pula yang gembira. Semuanya itu hanyalah perbedaan sudut pandang manusia di waktu yang berbeda. Setiap manusia sebenarnya ‘cuma’ berada di titik alam waktu yang berbeda.

Meski tiap manusia dalam alam waktu sebenarnya tak ada bedanya satu-sama lain, tapi bukan berarti kita hanya bertopang dagu mengeluhkan nasib. Atau, karena kondisi lingkungan sekitar yang compang-camping, maka kita hanya menjadi penonton setia tanpa turut bermain di dalamnya. Masing-masing kita memiliki kelemahan, tetapi yang luar biasa adalah masing-masing kita mempunyai kelebihan dan keunikan, gunakan itu menjadi kekuatan untuk melawan keluhan nasib.

Tuhan memberikan waktu. Dan bagi saya, waktu tidak boleh disia-siakan, karena waktu terus berjalan tak dapat berhenti. Tak ada gunanya penyesalan itu, sebab tak mungkin ada mesin waktu yang dapat mengulang kejadian tersebut. Tuhan ingin kita untuk menguasai waktu tersebut.

Mudah-mudahan, tulisan kecil ini bermanfaat bagi kita semua. Setiap masa lalu yang sudah lewat, biarlah berlalu dan menjadikannya pelajaran yang sangat berharga. Ampuni masa lalu yang kurang baik agar kita menjadi lebih ringan mungkin kita tidak bisa melupakannya tetapi kita bisa melupakan rasa sakitnya. Marilah kita jalani hari ini dengan penuh semangat, karena masa depan penuh dengan misteri kebahagiaan.

Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun