[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="ilustrasi banjir"][/caption]
CUACA beberapa pekan terakhir memang terasa aneh. Kadang panas terik menyengat di pagi menjelang siang, kadang pula hujan deras disertai angin kencang saat jam pulang kantor. Nah, jika ada daerah yang tiba-tiba banjir meski tak hujan, bagaimana?
Di sebuah kawasan di Jatiasih Bekasi misalnya, bencana banjir sudah menjadi obrolan biasa. Meminjam istilah seorang teman di Jatiasih, ”Banjir di sini sudah biasa, kami cuma bisa pasrah”. Entah, apa maksud dari kata ‘biasa’. Lantas, kenapa musti pasrah?
Menurut teman tersebut, banjir di sebagian kawasan Jatiasih Bekasi akibat tingginya curah hujan hari Kamis sore, 14 Oktober 2010. Hujan deras tersebut sebenarnya hanya kurang dari satu jam, dan selebihnya menjelang malam hari hanya gerimis. Selepas Mahgrib, tanggul penahan Kali Cakung atau sebagian orang menyebutnya Anak Sungai Cikeas, jebol lantaran tak mampu menahan laju aliran air dari arah Bogor.
Akibatnya, banjir merendam ratusan rumah warga di Perumahan Bumi Nasio Indah, Graha Indah dan Komplek Buana Jaya. Sekitar seribu lebih warga mengungsi ke tempat yang aman. Ada yang mengungsi ke rumah kerabat dan famili, ada juga yang bertahan di pinggir Jalan Jatimekar hingga air surut. Memang, sebagian besar penduduk di kawasan ini tergolong kelompok ekonomi menengah, karena banyak yang sudah memiliki mobil dan rumah bertingkat.
Terus terang, saya merasa heran dan prihatin dengan kondisi ini.
Saya masih ingat saat melintas di kawasan Pondok Gede pada 2004 lalu, ketika berkendara dengan Suzuki Grand Vitara menuju Bekasi. Genangan air di depan perumahan Graha Indah dan Bumi Nasio sudah menutup lubang kenalpot mobil. Saya sempat was-was ketika melintas.
Dan kemarin malam usai gerimis reda, saya melintasi kawasan itu lagi, dengan Toyota Harier. Sepanjang jalan dari Pondok Gede menuju bekasi sudah dilapisi beton. Artinya, jalan di situ sudah lebih tinggi 30-50 cm dari lapisan aspal sebelumnya. Tapi nyatanya, jalan di sana tetap tergenang hingga menutupi lubang kenalpot, tepat di depan perumahan Graha Indah. Sejumlah kendaraan yang kebanyakan sepeda motor, mogok saaat menembus barikade air setinggi lutut.
Tak dapat terbayangkan, bagaimana nasib warga di perumahan itu. Apalagi kabarnya, rumah warga yang tinggal di bagian belakang perumahan, sudah tergenang hingga 1,5 meter. Perlu diingat, banjir masih menggenang di saat cuaca sudah cerah!
Mestinya kan, aparat pemerintah harus pro-aktif menyampaikan strategi perlindungan pemukiman dari ancaman banjir. Kementerian Pekerjaan Umum dan pihak Pemda di daerah rawan banjir, bekerja lebih giat mengatasi masalah ini. Minimal, instansi terkait melakukan pengerukan dasar sungai secara berkala, agar aliran air lancar dan tak meluap ke pemukiman penduduk. Jangan sampai sudah jatuh korban jiwa, barulah pemerintah kebakaran jenggot dan sibuk mencari kambing hitam.
Itulah uniknya negeri ini. Sebagian wilayah Indonesia memang tak bersahabat dengan manusia. Sayangnya, malah seringkali cuaca yang dipersalahkan. Padahal, perubahan cuaca yang drastis dan tak normal itu, merupakan dampak dari aktivitas manusia yang tak ramah lingkungan.
Salam Kompasiana !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H