Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2,5 Ton Koin Prita Mulyasari

6 Desember 2009   07:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:03 3643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

USAI pulang gereja tadi, anak saya, Joseph langsung masuk ke kamarnya dan keluar membawa celengan ayam. "Pa, ini celengan buat Bunda Prita ya," katanya. Detik itu juga, saya terpana tak berkata-kata. Sabtu kemarin (6/12) kebetulan kami berdua menonton berita di TV. Saat itu, ada berita follow up dari kasus pencemaran nama baik yang dilakukan Prita Mulyasari atas Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra, Serpong. Dan sehari sebelumnya, pengacara Prita Mulyasari mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Negeri Tangerang. Langkah itu diambil menyusul keluarnya keputusan Pengadilan Tinggi Banten yang menghukum kliennya untuk membayar ganti rugi kepada pihak rumah sakit sebesar Rp 204 juta. Di berita Sabtu kemarin, Gerakan "Koin Peduli Prita" mengajak masyarakat mengumpulkan uang koin untuk disumbangkan kepada Prita Mulyasari. Uang ini untuk membayar denda Prita kepada RS OMNI Internasional. Ketika Posko Peduli Prita selaku pengumpul Koin Peduli Prita dibuka, koin yang terkumpul hanya seperempat kardus air mineral. Diperkirakan, jumlah koin yang terkumpul harus seberat 2,5 ton. Jose pun bertanya, "Pa, memangnya musti bayar ganti rugi ya, supaya gak dihukum?" Karena ini menyangkut pertanyaan logika hukum, maka saya pun mengiyakan. Kemudian saya berusaha menjelaskan kasus Prita Mulyasari, sesuai jalan pikiran seumuran anak-anak umumnya. Maklum, Joseph baru berumur 4 tahun, jadi saya anggap belum begitu paham tentang hukum pidana dan perdata. Kebetulan hari ini bertepatan dengan Minggu Adven ke-2, saya dan istri sengaja membawa Joseph ke gereja bersama-sama. Dalam kothbahnya, Pak Pendeta memberikan pemahaman tentang Orang Samaria, yang selalu siap membantu setiap orang yang membutuhkan pertolongan. [caption id="" align="alignright" width="256" caption="ilustrasi orang samaria"][/caption] Yang saya ingat sewaktu di Sekolah Minggu dahulu, Orang Samaria menghentikan perjalanannya ketika di jalan menemui orang yang terluka. Kemudian, orang tersebut dibawa ke rumah terdekat untuk dirawat hingga sembuh. Orang Samaria ini adalah satu-satunya pejalan yang memberikan pertolongan tanpa pamrih, setelah beberapa orang sebelumnya acuh tak acuh. Orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Yahudi. Karena itu, si korban dalam kisah Yesus ini sama sekali tidak mengharapkan pertolongannya, namun dari ketiga orang yang melihatnya, justru orang inilah yang turun tangan dan bersedia menolongnya. Dan, ketika Joseph memberikan celengan ayamnya, saya pun jadi teringat tentang perumpamaan Orang Samaria. Sepertinya, anak sekecil Joseph yang masih duduk di bangku TK itu, terketuk hatinya untuk menjadi Orang Samaria di era saat ini. Joseph tak peduli berapa koin yang sudah terkumpul untuk Prita, karena di benaknya hanya berpikir agar Prita segera bebas dari tuntutan hukum. Bisa jadi, ia merasa tak tega melihat Prita yang juga memiliki anak seusianya, akan dipenjara gara-gara tak mampu membayar ganti-rugi. [jackson kumaat] Salam Republik Kompasiana !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun