Mohon tunggu...
Erkata Yandri
Erkata Yandri Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Manajemen Productivity-Industry dan Energy sebagai Technical Services Specialist dengan menangani berbagai jenis industri di negara ASEAN, termasuk Indonesia dan juga Taiwan. Pernah mendapatkan training manajemen dan efisiensi energi di Amerika Serikat dan beasiswa di bidang energi terbarukan ke universitas di Jerman dan Jepang. Terakhir mengikuti Green Finance Program dari Jerman dan lulus sebagai Green Finance Specialist (GFS) dari RENAC dan juga lulus berbagai training yang diberikan oleh International Energy Agency (IEA). Juga aktif sebagai penulis opini tentang manajemen dan kebijakan energi di beberapa media nasional, juga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya tentang efisiensi energi dan energi terbarukan di berbagai jurnal internasional bereputasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sang Pelatih

7 November 2009   00:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:25 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kurang lebih sejak sepuluh tahun yang lalu, kami hanya mengontrak pelatih kepala dan asisten pelatih untuk satu atau dua babak dalam satu pertandingan sepak bola. Jika kami tidak puas pada babak pertama, kami bisa langsung ganti dengan pelatih baru untuk babak kedua. Sebelumnya, kami hampir mempunyai pelatih untuk seumur hidup.

Pak Subuyo, begitulah nama pelatih kepala untuk pertandingan kali ini. Kami masih memberikan kesempatan kepadanya untuk tetap membina tim kesayangan sampai babak kedua selesai. Di babak pertama, beliau dibantu oleh Pak Juko. Tapi sayang, Pak Juko yang sebenarnya lincah dan cerdik terpaksa harus diganti karena ketidak-cocokan diantara mereka berdua.

Memang, kalau dilihat secara sosok, penampilan Pak Suboyo di lapangan terlihat lebih menawan, berwibawa dan berkharisma. Sementara itu, Pak Juko yang berpostur lebih kecil terlihat cukup pintar, lincah dan cepat dalam menentukan strategi permainan tim yang diturunkan. Selama babak pertama tadi, mereka terlihat tidak kompak. Pak Suboyo merasa sering dilangkahi. Di situlah letak permasalahannya. Akhirnya, kami terpaksa menyetujui asisten pelatih pengganti yang diusulkan oleh Pak Suboyo sendiri. Namanya Pak Bono. Orangnya tenang, kalem dan tidak banyak omong.

Memasuki babak ke dua, kami berharap banyak dari pasangan pelatih Pak Suboyo dan Pak Bono ini. Tentu, kami ingin tim kesayangan bisa memenangkan permainan. Jika Pak Suboyo memang seorang pelatih yang hebat, maka wajar kalau kami mengharapkan strategi permainan tim harus lebih menggigit dan lebih kuat dari babak pertama tadi. Harus ada peningkatan kemampuan tim dalam hal menciptakan goal maupun bertahan dari kebobolan tendangan lawan. Jujur saja, kami masih was-was. Takut kesebelasan tercinta kalah lagi dari musuh bebuyutan, Ruptor FC, yang sebenarnya tidak begitu sulit untuk ditaklukkan. Tetapi, tim kesayangan kami belum pernah menang melawan mereka. Mereka pintar memanfaatkan kelemahan dari pemain-pemain andalan yang diturunkan.

Babak kedua sudah berlangsung beberapa menit. Permainan tim di lapangan terlihat masih bingung dan acak-acakan. Kesan meraba-raba permainan masih terlihat. Strategi yang diterapkan Pak Suboyo masih sama dan sudah dibaca oleh lawan. Tidak ada perubahan. Terus terang, kami kecewa dan gelisah. Kalau memang dia seorang pelatih yang hebat, tahu strategi lapangan dan tahu karakteristik para pemain, maka dia akan cepat mengganti pemain yang sudah kesakitan, tumpul, dan main mata dengan lawan.

Dengan gayanya yang sok tenang dan serius, Pak Suboyo masih saja membiarkan tim yang belum menunjukkan kinerjanya itu. Belum ada tindakan serius, padahal situasi lagi genting dengan gencarnya serangan dari Ruptor FC. Kami sudah tidak sabar lagi. Hal-hal yang tidak sepantasnya, harus kami lakukan juga. Sorakan, cemoohan, lemparan kulit semangka, lemparan botol minuman dan bahkan lemparan batu dari kami harus dia terima. Terus terang, kami sudah dongkol dengan kelambanan dia.

Babak kedua masih panjang. Tim kami belum meyakinkan penampilannya. Belum ada tanda-tanda pergantian satu dua pemain, apalagi akan mengganti semua pemain. Kami pun tidak begitu yakin, apakah dengan pergantian pemain akan memecahkan masalah atau tidak. Bila masalahnya memang di pemain, dia boleh saja mengganti semua pemain dengan yang masih segar. Masih banyak dari kami yang siap berganti kostum untuk masuk ke lapangan.

Jika tidak ada juga perbaikan, pelatih lelet satu ini harus segera kami evaluasi kinerjanya. Masih banyak yang mau dan bisa menjadi pelatih tim kesayangan kami. Kali ini, Ruptor FC harus ditaklukkan !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun