Lembang, Bandung, May 24, 2013
Pertarungan Antara Doktrin Atas vs Doktrin Bawah selalu menjadi perdebatan yang sangat seru. Ini yang menimpa para militan, mahasiswa yang baru terjun di politik. Di mana selama mereka muda, menggebu-gebu nafsu nya. Mereka ingin sekali terjun bebas, tanpa persiapan yang matang, bahwa di dunia yang asli itu berbeda dengan apa yang ada di kampus.
Wild wild world, penuh dengan imin, dan pustun yang tidak dapat dihindarkan. Antara keseimbangan iman, doktrin atas versus imin dan doktrin bawah, yaitu doktrin alami.
Ini terjadi di depan mata kita, bagi para generasi muda mungkin sesuatu yang baru, buat seorang pensiunan tukang becak hal ini bukan sesuatu yang baru, mulai dari Angkatan 66, dimana mereka sebagian menjadi pemimpin muda orde baru, dan pemimpin reformasi.
Munculnya generasi reformasi muda, bercampur dengan generasi 66, terlihat ketidak siapan metal, para filsufus, pakar muda yang mengetahui dari buku suci ayat A sampai Z.
Dalam doktrin yang tertulis begitu Indah, dan Membuat Bulu Kuduk Berdiri dan menyerukan 'Tuhan Yang Maha Besar'
Berpikir bahwa filosufus, dan doktrin mereka itu sudah Jaminan Negara akan Makmur. Mereka lupa bahwa dunia ini, khusus nya Indonesia itu ada yang setelah dewasa menjadi Penjahat, atau memang hobinya berbuat jahat. Ada yang hobinya membasmi penjahat. ada yang hobinya membangun.
Keras nya hidup itu bukan, menimpa mereka sehingga secara mental mereka tidak siap. Ibarat becak sudah siap tetapi pengalaman mengendarai becak itu belum ada. Sedangkan nafsu menggenjot becak itu kuat, tetapi tenaga dan kemauan kurang.
Ini terjadi dalam kehidupan berpolitik, sehingga cara berpolitik mereka salah kaprah.
Yang menimpa salah satu partai penuh filsafat dan doktrin di atas, lupa bahwa didalam tubuh mereka ada yang disebut doktrin bawah.
Dengan mengabaikan dan menganggap sepele bahwa mereka itu sudah kuat doktrin atas nya, berpikir pengetahua tentang doktrin atas sudah otomatis membuat atau terlihat bahwa mereka sudah kuat.