Denpasar, Jan 22, 2014 [caption id="attachment_307479" align="alignnone" width="562" caption="Panorama 360 derajat berwarna Bulan pertama dari citra yang diambil wahana Chang"][/caption] Pagi ini membaca Kompas.com, mengenai Headlines "Inilah Panorama 360 Derajat Bulan Pertama Jepretan China", sungguh membuat saya menerawang, dan memikirkan apa yang telah terjadi. Renungan diri, 'What could have been', 'What should have been', di mana tahun 70an, rencana membuat Indonesia, menjadi negara di Asia non Komunis yang akan menjadi bagian dari NASA, memiliki teknoogi luar angkasa yang sangat canggih. Dalam perbincangan antara para pemimpin Indonesia, yang dipimpin Bapak Soeharto, dan seluruh pemimpin perwakilan suku, kesultanan, dan bisnis, untuk mencari siapa-siapa anak negeri yang akan menjadi perwakilan, dan ahli untuk belajar, dan menjadi pengajar nantinya, dalam pengambil-alihan, penjanggaan, serta R&D teknologi mutahir ini. Salah satunya adalah teknologi satelit, pembangunan Steel mills, Smelters, Oil and Gas, Turbine teknologi, dirgantara, dan informasi superhighway kabel bawah-laut. Perlu di ingat Indonesia adalah negara ke 3, terbesar, terpadat, terpandai penduduknya, dan luas nya daerah yang sangat stategis. Indonesia, adalah negara ke 2 non-blok, yang tidak memiliki ties dengan Inggris. Dan juga, Inggris telah melakukan banyak kalkulasi diplomatik, serta kebijaksanaan politik luar negeri yang menganggap salah Indonesia. Dalam tulisan lain saya akan memaparkan beberapa kesalahan dari pihak Inggris, sejak Indonesia merdeka, dimulai dari Peristiwa berkahirnya Perang Dunia ke2, mulai dari Insiden Hotel Yamato. September 19, 1945, hingga peristiwa Timor Leste diawal 1996. Bahkan NASA, Hughes, Boeing, GE, Rockwell International, Pittsburgh Steel Group, sudah mempersiapkan seleksi, untuk mendidik, dan membantu pengenalan teknologi yang canggih, seperti ahli satelite, ahli astronomi, astronot, ahli peleburan besi baja, bauksit, emas, tembaga, dan lain-lain. Khususnya, astronot, dan ahli ruang angkasa, dalam proyek ulang-alik yang biasa dikenal dengan pesawat yang legendaris, Columbia Space Shuttle (STS-1). Indonesia sangat tepat sekali di daerah Khatulistiwa, untuk pangkalan dan riset teknologi pengembangan roket, dan pelucuran roket ke luar angkasa. Tetapi, keadaan Indonesia yang penuh dengan para pemimpin yang suka korupsi, membuat keadaan Indonesia semakin lama semakin, keluar dari jalur rencana Pembangunan Lima Tahun, (Repelita). Rencana, memberikan 10,000 beasiswa mahasiswa Indonesia yang terkenal pandai-dan cerdas, berkurang dan dipenuhi para koruptor. Apakah Indonesia akan bangkit lagi? Never to late, right? Apakah mimpi saya, sebagai seorang anak Indonesia yang ingin melihat anak negeri suatu saat, pergi luar angkasa, atau mungkin ke bulan akan terlaksana sebelum saya menutup mata? Pertanyaan ini, membuat saya ingin terus bermimpi, berhayal, suatu saat, anak negeri Indonesia, menjadi astronot, mengirim pesawat luar angkasa ke bulan, atau mungkin ke galaxy Orion. I can only dream, like ibunda Soetopo, katakan, "Yakin Bisa, dan Berhasil". Atau kata-kata mutiara yang saya selalu ingat, " It's not how many times you fall, but how many time you get up, that's count". Salam Prayer For Indonesia Jack Soetopo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H