[caption id="attachment_317684" align="aligncenter" width="562" caption="By Kompas.com"][/caption]
Denpasar, Maret 30, 2014
Membaca tulisan salah satu Kompasioner kader dari Gerindra, yang bernama Casmudi, berjudul "PRABOWO DAN HARIAN “NEW YORK TIMES” membuat saya harus membuat tulisan tanggapan, seperti tulisan2 saya terdahulu mengenai Prabowo Subianto, capres dari Partai Gerindra, sedikit demi sedikit saya mencoba mengupasnya.
Jika dalam kata yang sangat ramai digunakan oleh majalah Matra, adalah Asimetrik Informasi, yang digunakan dalam istilah bisnis, secara salah karpah digunakan dalam bidang Politik di Indonesia.
Mungkin editor majalah Gatra bergitu obses terhadap istilah ini, sehingga para pengamat bahkan dari partai-partai politik menggunakan istilah yang sama, seperti politikus PAN, menyinggung masalah mengapa Kedutaan Besar, dan Konsulatnya di pagar tinggi2. Untuk menanggapi masalah pagar akan saya tulis dalam tulisan yang lebih komprehensif.
Asimetris Informasi, yang cocok dipakai adalah bisa dibagi dengan 3 kelompok yang terlibat dan akan menanggungnya.
Penjual.
Prabowo sebagai Capres dan partai Gerindra, justru mengetahui lebih banyak mengenai "Komoditas" yang diperdagangkan.
Pembeli.
Rakyat Indonesia sebagai pemilih presiden untuk periode lima tahun yang akan datang.
Pengamat.
Pihak yang mengamati, mengkatalogisasi, menyimpan data2, dan informasi yang diberikan baik secara resmi, maupun yang tidak resmi.
Saya sebagai seorang pengamat, yang tentunya tidak BISA, saya katakan dengan Jelas, bahwa Saya TIDAK BISA menjadi bagian dari Rakyat yang akan berbondong2 memberikan suara mereka.
Tetapi saya adalah pensiunan tukang becak, yang memiliki Asimetris Informasi yang mungkin lebih banyak datanya dari Prabowo, dan kader di Partai Gerindra.
Untuk menunjukan bahwa Prabowo di jadikan Charrater assasination, seperti dahulu dikatakan bahwa Prabowo adalah Kambing Hitam, disaat kerusuhan, pembakaran, penculikan, bahkan pembunuhan rakyat yang ada di tahun 1997 sampai 1999. Seperti dalam tulisan disini (click).