Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saran Sesat Mengenai Utang Pemerintah RI

29 Januari 2014   01:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13909345941612398640

[caption id="attachment_308893" align="alignnone" width="499" caption="Sumber http://kuliahitukeren.blogspot.com/"][/caption] Denpasar, Jan 29, 2014 Kali ini saya akan menulis tanggapan pernyataan seorang ekonom dari UGM, A Tony Prasetiantono. Dimana Kompas.com memberitakan nya dibawah ini, Pernyataan A Tony Prasetiantono, disela2 Kompas 100 CEO Forum, di Jakarta, Rabu (27/11/2013) "Kalau memang benar-benar utang luar negeri yang jatuh tempo 21 miliar dollar AS, dollar bisa Rp 12.000," kata dia. Kemungkinan tersebut, sebut dia, bisa diantisipasi dengan dua langkah. Pertama, pemerintah bisa melakukan renegosiasi utang, sebagaimana yang pernah dilakukan pada krisis 1998. "Ini yang pernah kita lakukan waktu krisis tahun 1998 dulu," kata dia. (Kompas.com) Kedua ialah pemerintah bisa mengeksekusi inisiatif Chiang Mai, yang dapat menambah cadangan devisa negara. "Jadi, kita itu dapat komitmen dari China 15 miliar dollar AS, dari Korea Selatan 10 miliar dollar AS. Kalau itu bisa direalisasikan, cadangan devisa kita naik 25 miliar dollar AS, dari 97 miliar dollar AS," tandasnya. Latar belakang Kompas 100 adalah kumpulan 100 saham perusahaan publik elite dan raksasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan koran Kompas. Tidaklah mudah perusahaan publik memasuki Kompas100. Karena Kompas100 adalah Perusahaan-perusahaan publik yang memiliki kriteria yang khusus. Seperti, - Market kapitalisasinya sangat besar. - Fundamental managemen yang solid. - Likuditas nya sangat tinggi. Perusahaan elite raksasa untuk ukuran Indonesia ini bergerak dibeberapa bidang, mulai dari finansial servise, retail, pertambangan, alat berat, kendaraan, perkebunan, dan telekomunikasi. Kebanyakan perusahaan raksasa elite ini bergerak langsung di pasar dalam negeri. Tanggapan saya pribadi, tidak ada mencoba menghubungkan antara Kompas100, dengan pernyataan A Tony Prasetiantono, karena menurut saya beliau tidak memberikan pandangan yang merata diantara para CEO Kompas100. Ini hanya pandangan pribadi kelas medioker yang masih hang-up dengan gaya lama, atau gaya orde baru. Judulnya sengaja saya katakan SESAT, karena pernyataan ini justru Menurut Saya, Merendahkan intelijen para pengamat ekonomi, dan para pakar ekonomi lainnya, yang lebih memiliki kredibilitas jauh dari beliau. Saya secara pribadi tidak mengenal, atau tidak pernah kenal siapa beliau. Tetapi saya secara menanggapi pernyataan yang Sudah Ketinggalan Jaman sebagai pernyataan menyesatkan publik. Mengapa? Karena menurut saya sangat SEDERHANA Saja, mengenai Utang Indonesia yang 'Katanya' jatuh tempo sebanyak 21 miliar USD. Untuk itu kita harus tahu dulu utang ini milik siapa? Apakah milik swasta atau milik pemerintah Indonesia. Ok....ada argumen bahwa swasta memiliki kolaberasi dengan pemerintah Indonesia, dalam arti pemerintah Indonesia sebagai penjamin atau the last lending resort, jika pihak swasta tidak memiliki kemampuan membayar utangnya. Biarpun demikian...Saran pertama yaitu Pemerintah Indonesia Renegosiasi Utang, seperti tahun 1998 dulu. Jawaban saya, ini Salah Kaprah. Mengapa? Karena Reneogsiasi Utang yang sudah Jatuh Tempo, dalam term yang sederhana adalah Bangkrut. Tidak perlu menggunakan Eksotik Bahasa untuk menjelaskan kepada Bankir, tukang becak, tukang jamu, tukang cabe. Mari para pembaca saya akan mengajak anda ke Ekonomi 101, jika si Joko, tidak bisa membayar utangnya, lalu mpok Inem, pemilik warteg menagih terus. Lalu si Joko memelas meminta utang2 makan nasi wartegnya di negosiasikan. Kata mpok Siti, '...Piye toch... mas Joko, panjenengan sudah makan selama satu bulan ini Ngutang...lalu malah minta utang...nya di renegosiasikan...." Para pembaca yang budiman....dapatkah memahami apa yang terjadi? Si Joko sudah Makan Di Warteg selama satu bulan, nasi sudah jadi Tinja.....malah ngak mau bayar diakhir bulan. Si Joko di katakan sebagai Gembel. Semua orang di terminal mendapatkan Berita, bahwa si Joko adalah Tukang Utang Warteg Siti yang Tidak Mau Bayar. Liciknya si Joko, bawa2 anak dan istri-istrinya, ke warteg Mpok Siti, dan ke seluruh terminal. Menunjukan betapa anak-anak yang ada 10, dari istri yang ada 4. Padahal, si Joko, hidupnya Mewah-mewah, kawin2, ber Dangdut Koplo di pasar remang2 di Pantura. Anaknya yang ke 2 memiliki GTR Nissan, Lamborgini, RangeRover, jalan-jalan keliling terminal dengan bangganya. Bapaknya bayar warteg mpok Siti saya tidak bisa. Kembali ke masalah utang Indonesia secara serius. Utang itu sudah dipakai, bahkan sebagian sudah menjadi tinja, mobil-mobil mewah, golf membership, dangdut koplo, bayar hotel berbintang 5. Jawaban yang TIDAK SESAT adalah, semua Utang kalau jatuh Tempo harus DiBayar. Caranya, Managemen yang Solid, dan distribusi serta pendayagunaan utang menjadi keuntungan, sehingga jika Utang Jatuh Tempo, bisa ada dana sisa untuk membayarnya. Tanyakan kepada mpok Siti, pemilik warteg, bagaimana mengatur keuangan. Tanyakan mpok Inem, penjual kue2 di pasar Senen, setiap hari minggu. Tanyakan mpok Alung, penjual kepiting, di pasar Marunda. Alasan kedua, pemerintah bisa mengeksekusi inisiatif Chiang Mai. Chiang Mai inisiatif adalah bukan keputusan yang bijak untuk membayar utang yang lama dari pihak lainnya. Chiang Mai inisiatif secara Bijak digunakan untuk expansi pembangunan infrastruktur, dan pembangunan dari Hulu sampai ke Hilir, dalam bidan pertambangan-smelter-distributor-wholesaler-retailer-konsumen. Dengan mencampur adukan antara utang lama dengan utang yang baru, justru sangat berbahaya sekali. Contohnya, tahun 1998, dahulu adalah utang Indonesia jatuh tempo sejak 1994, diulur2 dan direnegosiasi terus akhirnya meletus balonnya. Refleksinya nilai tukar Rupiah ke US Dollar, dari 2200-- hingga mencapai 20,000. Penstabilan inflasi, nilai tukar rupiah itu membutuhkan waktu yang lama, hingga akhir pemerintahan presiden Megawati 2003. Sebagai penutup, untuk memperbaiki nilai tukar Rupiah, adalah sangat sederhana. Jawabanya ada di pelajaran para pedagang di pasar. Yaitu Kalau Utang Sudah Jatuh Tempo. Harus Dibawar, bukan di renegosiasi ----karena renegosiasi utang adalah kata SOPAN, bahwa Anda Tidak Bisa Mengatur Keuangan, jadi Anda Minta utangnya di negosiasi kembali. Atau kata KASAR nya, Anda TIDAK TAHU MEMBAYAT UTANG, Tetap Hidup Mau Seperti Pengusaha Berhasil. Utang Saja tidak Bisa Bayar. Yang Lebih Parah, adalah TIDAK MAU BAYAR, Kemampuan Membayar ada, tetapi Dengan Sengaja Tidak Mau Membayar. Jadi pernyataan so called Ekonom UGM, perlu belajar banyak di pasar Sapi, di depan Kampus, bukan di dalam kampus..... Salah Kaprah.... Salam Bangkrut Jack Soetopo

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun