Washington, 26 Desember 2011
Maafkan daku yang lemah lembut ini, Tiada rasa ingin menipu dan mengelabui, Kelembutan daku pergunakan untuk korupsi, Kebohongan badan ku membuat semua sepoi-sepoi.
Biar begini daku masih perawan, Keperawanan yang indah dan luhur, Semua menghormatiku dan memuji-muji, Ilmu Perawan ku ini, daku gunakan untuk korupsi.
Maafkan daku, Karena Bapak Koruptor, Karena Ibu yang suka solek, Karena Paman ku semua koruptor.
Tetapi hati ku selalu senyum gemilang, Tetapi senyum ku selalu menggiring hidung belang, Tetapi goyangan lekuk tubuh ku membuat iri perempuan, Tetapi isi hati ku yang penuh licik, mengkorupsi semua yang ada.
Tersenyum lemah gemulai, mengguncangkan dunia yang korup, Tersenyum penuh bahagia, ketika semua yang ada di korupsi, Biarkan anak-anak bukan saudara ku terlantar dan merana, Biarkan ibu-ibu lainnya susah payah mengais di sampahan.
Jangan marah pada daku, yang masih perawan ini, Jangan kesal dengan keperawanan licik diriku ini, Jangan geram dengan kelemebutan hati ku ini, Jangan dendam apalagi nama ku Titi Sundari.
Inilah catatan penutup dari tahun 2011, Di mana Perawan ku terkenal dan lugu, Di mana semua memuji- muji diri ku, Dimana semua mengklik nama ku...
Daku Perawan yang Merdeka, Daku Perawan yang Hebat, Untuk selamanya di puja, Karena itu daku di benci. Catatan usang mengenai Kehidupan Indonesia...yang penuh Basa Basi di tahun 2011. Jack Soetopo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H