Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keterlibatan Amerika di Indonesia lebih dari 140 Tahun

4 Mei 2011   22:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:04 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Inilah salah satu sejarah yang terjadi di seputar Nusantara. Dimana ketelibatan AS sudah lebih dari 140 tahun yang lalu. Jika kita melihat sejarah Indonesia dan sejarah Pertamina lalu kita menggabungkan dengan sejarah yang di tulis di Amerika. Maka kita akan mengerti bahwa AS telah lama terlibat di Indonesia. Dimulai setelah beberapa tahun ditemukannya minyak bumi di Indonesia, dimana para ahli minyak dari Belanda di Eropa yang tidak memiliki teknologi yang canggih saat itu, hanya Amerika saat itu yang memilikinya. Oleh sebab itu Pemerintah Kerajaan Belanda, dipimpin oleh Rajanya William Alexander Paul Frederick Louis (19 February 1817 – 23 November 1890) saat itu mengundang beberapa ahli dan para investor untuk datang ke Indonesia, dimana saat itu masih bagian dari jajahannya. Dan saat itu kesultanan Aceh adalah Kesultanan yang berdaulat yang berada di antara 2 Raksasa Penjajah yaitu Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda. Dimana kedua kerajaan ini mengadakan perjanjian sepihak tanpa mengikut sertakan Kesultanan Aceh yang saat itu sangat berpengaruh di Malaka. Oleh karena setelah perjanjian Sumatra dimana Kerajaan Belanda mengambil alih seluruh daerah Sumatera kecuali Kesultanan Aceh dan Semenanjung Malaya dan kepulauan2 sekitarnya, sebagian Kalimantan, serta sebagian kepulauan Papua.  Kejadian ini membuat Kesultanan Aceh marah dan mengambil alternatif lain dengan mencoba mengadakan hubungan langsung dengan Amerika  Serikat. Dimana saat itu AS baru saja menerima hasil pembelian kepulauan yang sekarang di kenal dengan Filipina dari Kerajaan Spanyol sebesar $ 20 juta. Dan perlu di ingat saat itu Filipina adalah daerah operasi militer AS, bukan bagian dari negara AS. Sehingga di pimpin oleh Gubernur Jendral dibawah Departemen Perang AS. Tentu saja Amerika sangat menyukai niat baik Kesultanan Aceh saat itu, disebabkan kemenangan Amerika terhadap Kerajaan Spanyol (Spanyol-Amerika War). Tentunya perjajian bilateral ini sangat mengutungkan kedua belah pihak. Alhasil, Pemerintah Kerajaan Belanda sangat marah juga, sehingga mereka menyerang dan menduduki ibukota kerajaan Aceh (Belanda menyatakan Perang pada tanggal 26 March 1873). Dan terjadilah Perang Aceh yang berkepanjangan. Amerika secara diam2 membantu perang Aceh. Walaupun akhirnya Kesultanan Aceh kalah, tetapi AS terus mendesak Pemerintah Kerajaan Belanda untuk membuka daerah2 nya sehingga perusahaan2 minyak Amerika dapat masuk, seperti Standard Oil,yang dipimpin olehJohn D. Rockefeller. Selama bertahun-tahun AS terus berperan di Indonesia, sewaktu Perang Dunia I dan Perang Dunia ke II, dimana sejak kesalahan Kerajaan Inggris Sekutu, mencoba membunuh para pejuang Indonesia dan mencoba membantu Belanda untuk kembali ke bekas tanah jajahannya. Sampai kekalahan setelah kekalahan, memuncak  seperti tewasnya Jenderal Sekutu Inggris di Surabaya, dan kerugian banyak dari tentara2 NICA di Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, dan di Unjung Pandang, mengakibatkan Inggris dan Belanda menerima usul dari Indonesia didukung secara penuh oleh Amerika. Untuk tidak lagi mencoba niat buruk mereka ini. Kebijaksanaan luar negeri Amerika terus konsisten dengan melihat niat baik pemimpin Indonesia saat itu untuk berdikari dan merdeka atau mati. Spirit ini sangat mengagumkan pemerintah Amerika. Jika ditilik di tahun 50an dimana Belanda dan Inggris dibantu Australia mencoba menggunakan Ambon Maluku Selatan dan Papua Barat menjadi Buffer Zone untuk memecah belah persatuan Indonesia. Amerika dengan tegas menolak dan terus membantu Pemerintah Indonesia walapun secara covert operation mencoba menahan seperti terjadi berpuluh2 tahun sebelumnya dengan Kesultanan Aceh. Bukti Sejarah membuktikan bahwa Indonesia yang mendapat kan kredit yang seharusnya dalam menghapus segala bentuk penjajahan yang ada di bumi Indonesia. Walaupun banyak pihak mencoba membantah legitiminasi atas claim Pemerintah Indonesia terhadap Maluku Selatan dan Papua Barat (Irian Jaya yang berarti Irian yang Rakyat Indonesia akan selalu Berjaya). Karena apa? Kerena Amerika juga dibangun dengan prinsip yang sama dengan Indonesia. Untuk Amerika berlaku slogan "No More For The Queen or King of England", bagi Indonesia berlaku slogan "No More for The Queen of King of Netherlands." Biar bagaimana pun pandangan terhadap masyarakat sekarang ini, kebijaksaan2 dan prinsip2 yang jelas terus dilakukan terhadapa Indonesia selalu konsisten. Amerka Serikat akan selalu menjadi mitra yang terbaik untuk Indonesia. Indonesia adalah suatu negara ke 3 terbesar di Asia yang berdikari dan memiliki haluan yang independen. Diharapkan tulisan ini membantu banyak masyrakat untuk melihat sejauh mana sejarah menulis bagaimana keterlibatan Amerika di Indonesia lebih dari 140 tahun yang lalu. Jack Soetopo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun