Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Rumah Menpora Sarang Belah Duren!!!

25 April 2011   22:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 2598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_103220" align="aligncenter" width="640" caption="Uang (by kompas)"][/caption] Musim duren ternyata ramai sekali, kali ini menimpa Rumah Menpora Andi Mallarangeng.  Ternyata selama ini rumah ini telah menjadi Sarang Belah Membelah Duren dan Party Destination.  Sangat mengenaskan setelah berbulan-bulan menghadapi kisruhnya PSSI yang penuh dengan peserta festival Belah Duren se Indonesia. Tambah lagi penekanan yang kuat dari DPR, Istana, dan masyarakat luas. Kali ini tidak tanggung2, berkat keahlian para penyidik dari KPK dan intel2nya, memergoki Sekretarisnya Wahid Muharram. Menurut laporan Kompas(21/4/2011)(Tribunnews.com/Willy Widianto), Wahid Muharram, sekretaris Menpora, bersama tersangka Panitia Pesta Belah Duren, Mirdo Rosalina Manulang(diduga sebagai Calo), dan Muhammad El Idris  (pemilik PT Duta Graha Indah) resmi ditahan sehubungan pembangunan Wisma Atlet di kota yang terkenal dengan Empek-empeknya Palembang. Tidak tanggung2 terbukti dikamarnya Sekretaris dirumah Menpora dana biaya Pesta Belah Duren. Menurut pernyataan kepala KPK, Busyro Muqoddas, memberikan pernyataan presnya di Jakarta, Senin (25/42011), "Kami menemukan sejumlah amplop, US$128,148, Ausie $13,070, Euro 1,955, Rp 73juta, serta 3 check senilai Rp 3,2 milar, sedangkan biaya pembangunannya sebesar Rp191miliar. Kami masih mendalami informasi terkait uang-uang tersebut. Belum dapat dipastikan apakah uang itu terkait upaya suap atau tidak." Silahkan anda pencinta Indonesia menjawab sendiri untuk apa uang ini. Karena Pembangunan yang sedang gencar2nya di Kota Palembang tercinta untuk menyongsong Sea Games ke-26. Dari pernyataan tidak resmi alias rumor beredar bahwa KPK kemungkinan akan memperlebar penyidikannya keseluruh rumah Menpora mulai dari kamar WC, kantor Satpam, bagasi mobil dinas sampai kamar dan kantong Andi Mallarangeng, mungkin sampai ke Gedung Putih di jalan Merdeka Utara. Anehnya Andi Mallarangeng terkesan terburu-buru mencoba mencari pengganti sekretaris yang selalu mewakilinya dalam urusan-urasan yang penting ini (Kompas,25/4/2011,Tri Wahono,Alie Usman). dengan mengundang, berkonsultasi, dan berkorodinasi dengan Menpan dan BPKP serta BPK. Sebagai Menteri Muda sudah selayaknya memberikan Surat Pengunduran Dirinya secepatnya. Walaupun dana dan godaan atas enaknya membelah duren, sebagai seorang yang bertanggung jawab, Pengunduran Diri sangat lah tepat dan menunjukan sifat yang kesatria. Dengan demikian membantu mengangkat kredibilitas Pemerintah yang sekarang ini telah sangat lemah, karena terungkapnya Pesta2 Belah Duren yang baunya sangat menyengat, sampai tetangga mencium. Sebagai Kepala Rumah Menpora diharap tidak membuat penyataan umum yang membuat dirinya seolah-oleh 3 in One, alias buta dan tuli serta kehilangan penciuman dari hingar bingar Pesta Belah Duren yang beberapa bulan ini terjadi dirumahnya. Sangat mempermalukan para tuna netra dan tuna cacat tuli serta tuna cacat penciuman di seluruh dunia yang asli. Apabila Menpora merasa tidak mengetahui, ibarat melakukan Penipuan di siang bolong, wong bau dan hingar bingar Pesta Belah Duren sampai Washington DC. Disclaimer: Opini pribadi dari seorang tukang becak, tidak menyangkut badan2 yang disebutkan diatas. Penulis bertanggung jawab sendiri atas tulisan ini. Untuk kritik dan saran, silahkan menulis ke email yang telah disediakan dengan gratis oleh Kompasiana . Penulis tidak mewakili Kompasiana dan Kompas Family, atau badan hukum dari negara manapun didunia. Penulis hanya memakili badan hukum yang ada sebagai tukang becak. Jack Soetopo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun