Mohon tunggu...
Haris Amanatillah
Haris Amanatillah Mohon Tunggu... -

penikmat mi dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Mengasingkan Diri

4 Agustus 2016   15:01 Diperbarui: 5 Agustus 2016   09:51 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia perempuan cantik yang tak seorang lelakipun menampik. Tiada kuasa mata lelaki menahan lirik, sebab memang ia teramat cantik. Tinggi semampai, tubuh aduhay. Lelaki mana yang tak ingin membelai? Ia perempuan cantik yang menghilang nalar lelaki, merombak ganti dengan liarnya kotor fantasi.

Ia perempuan cantik yang tak seorang perempuanpun menampik. Tiada kuasa hati perempuan menahan iri, sebab memang ia teramat cantik. Kaki jenjang, dada kencang. Perempuan mana yang tak ingin menjadi? Ia perempuan cantik yang meruntuhkan ilusi cantik, membangun ganti dengan elegansi pikir dan hati.

Ia perempuan cantik yang duduk sendiri di bangku taman, saksikan hujan turun rintik tanpa dekap hangat seorangpun lelaki. Ia adalah perempuan cantik yang selalu gagal merajut tali-tali asmara. Sebab kepalanya terlalu penuh disesaki logika, para lelaki muak akannya. Sebab bibir mungilnya telampau banyak melontar tanya, para lelaki jemu untuk beri jawabnya. Sebab pandainya berada di atas rata-rata, para lelaki tak pernah suka. 

Para lelaki hanya ingin mencumbunya, menikmati jengkal demi jengkal molek tubuhnya. Menjamahinya dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu nikmati getar sensasi di pangkal paha. Para lelaki hanya ingin menindihnya, melumati lubang vaginanya dengan batang penis mereka. Membalurinya dengan cairan-cairan mani dan lalu menyetubuhinya sekali lagi.

Ia perempuan cantik yang duduk sendiri di sudut ruang baca, menjadi objek gunjing perempuan lainnya. Ia adalah perempuan cantik yang selalu gagal mengikat tali-tali persahabatan. Sebab ia candu akan buku, sedang lainnya candu akan pupur dan gincu. Sebab ia pencari fakta, sedang lainnya menaruh suka pada gosip-gosip tak nyata. Sebab cantik alaminya berada di atas rata-rata, sedang lainnya harus banyak berupaya. Para perempuan hanya senang mumuji untuk kemudian membibit iri. Mendekatinya untuk kemudian mencuri lingkar lelaki yang selama ini mengitari. Para perempuan hanya ingin jadikan ia sebagai bahan pembanding, buktikan pada para lelaki bahwa merekalah yang lebih layak disebut sebagai "perempuan" : mereka yang pandai berdandan dan lihai dalam soal persetubuhan, bukan mereka yang cerdas dan tangkas hadapi kerasnya kehidupan.

Ia perempuan cantik yang ketika kuhampiri tersenyum manis sekali. Ia perempuan cantik yang buat aku terpukau dengan gejolak pikir dan tutur risaunya. Ia perempuan cantik yang selalu menjawab tanyaku akan sebentuk "bahagia" dengan deraian air mata. Ia perempuan cantik yang selalu dengan lembut memintaku untuk pergi meninggalkannya seorang diri usai cerita yang ada habis kami bagi.

Ia perempuan cantik yang memutuskan untuk berdiri sendiri. Ia tidak lagi percaya pada sebentuk ikatan relasi. Ia benci lelaki, juga benci perempuan. Ia tak sudi jadi budak persetubuhan, juga tak sudi jadi hamba kecantikan. Ia perempuan cantik yang tak lagi ingin memiliki, tidak pula ingin dimiliki. Ia ingin sendiri, bebas berekspresi sebagaimana hatinya ingin menari. Ia ingin sendiri, membiarkan egonya bertumbuh semakin tinggi. Ia benci lelaki, juga benci perempuan. Gurat luka di dasar hati menjelma jadi sebentuk benci yang abadi. Ia ingin sendiri, tanpa seorangpun di sisi.

Ia perempuan cantik yang mengasingkan diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun