Indonesia dibangun oleh para pemimpin yang cendekia, kaum cerdik pandai yang juga lazim disebut kaum intelegensia. Mereka mempelopori pergerakan kemerdekaan dan terlibat dalam kepemimpinan di masa-masa awal kemerdekaan. Tentu kta tidak asing dengan tokoh-tokoh semisal H.O.S. Cokroaminoto, Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir dan Agus Salim diantara para cendikia yang berjuang dalam pergerakan kemerdekaan hingga di masa-masa awal kemerdekaan.
Pasca Orde Lama, di era Soeharto berkuasa, para cendikia juga turut dilibatkan dalam pemerintahan dan mengisi jabatan-jabatan strategis. Kita mungkin masih ingat dengan Daud Joesoef, mantan menteri pendidikan lulusan Sorbonne, Paris University. Atau Soedjatmoko, Emil Salim dan mantan presiden B.J. Habibie. Mereka adalah diantara nama kaum cerdik pandai yang telah memberi sumbangsih besar dalam jalannya pemerintahan.
Di era reformasi dengan sistem demokrasi liberal yang berbiaya tinggi, kemungkinan dipegangnya jabatan kepemimpinan oleh kaum intelegensia semakin sulit. Di saat biaya untuk kontestasi politik makin tinggi, kalangan pemodal, pengusaha dan pebisnis cenderung makin eksis di dalam politik elektoral kita. Kepemimpinan ideal yang mengedepankan kaum intelegensia semakin mustahil terwujud.
Namun kemustahilan itu seolah akan sirna. Sosok Anies Baswedan yang secara resmi telah dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Partai Nasdem, punya peluang untuk menggebrak kemustahilan tersebut.
Anies punya catatan yang baik dalam jenjang pendidikan akademis. Ia lama berbakti dengan profesinya sebagai pengajar di ruang akademis.Â
Anies pernah menjabat rektor di salah satu universitas ternama yang dikenal membawa visi pendidikan yang berkemajuan. Anies juga membangun gerakan relawan Indonesia Mengajar yang mengirim guru-guru relawan yang secara sukarela mengajar di berbagai daerah di Indonesia hingga ke pelosok. Hal ini merupakan wujud nyata dari visi besar Anies dalam mendorong perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.
Melihat reputasi akademis dan kontribusi sosial yang dimiliki seorang Anies Baswedan, maka sudah selayaknya ia digolongkan sebagai seorang pemimpin cendikia. Seorang pemimpin yang paham persoalan bangsa dan tahu betul bagaimana cara menyelesaikannya.
Siapa saja boleh tak sepakat dengan kebijakannya selama lima tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun mengesankan citra Anies sebagai seorang yang minim integritas dan kapasitas, tidak akan mempengaruhi mereka yang telah melihat rekam jejaknya yang gemilang. Anies sendiri selama menjabat sebagai gubernur, kerap kali mengalami demonisasi dan pembunuhan karakter melalui buzzer-buzzer di media sosial secara terencana. Namun Anies tidak begitu ambil pusing. Ia menunjukkan kualitas emosional yang sebanding dengan kualitas intelegensia seorang pemimpin yang matang dan mumpuni.
Walhasil, Anies yang akan segera mengakhiri masa kepemimpinannya di Jakarta, telah menunjukkan kinerjanya yang optimal. Ia bukan hanya menjalankan tata kelola pemerintahan dengan baik. Namun Anies juga telah berhasil menjadi pemimpin yang humanis. Ia mendapat tempat istimewa di hati masyarakat Jakarta berkat kedekatannya dengan masyarakat yang dilandasi dengan rasa kemanusiaan. Karakter Anies tergolong khas, ia berhasil memadukan antara norma kesantunan ala Indonesia dengan pendekatan humanisme yang universal.
Menjadikan Anies Baswedan memegang tampuk kepemimpinan negara ini adalah sebuah cita-cita yang luhur dan mulia. Republik ini dengan susah payah telah didirikan oleh kaum intelegensia, maka sudah sewajarnya tonggak estafet kepemimpinan bangsa kembali diserahkan kepada kaum intelegensia. Di tangan yang cerdas dan bijak, kita seharusnya optimis bangsa ini akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang makin hari makin kompleks.
Keberanian Surya Paloh untuk mengusung Anies Baswedan sebagai  calon presiden dari Partai Nasdem layak untuk dipuji. Mengingat posisi Nasdem merupakan partai koalisi yang sedang berkuasa. Namun demikian, Nasdem berani menentukan sikap politik jauh-jauh hari.
Pidato Anies di acara deklarasi yang membaca manifesto Ormas Nasdem menunjukkan bahwa Anies juga merupakan bagian dari Nasdem. Ia bukan orang baru bagi Surya Paloh dan Nasdem. Anies sepertinya tahu betul semangat restorasi yang digaungkan dan dijunjung oleh Nasdem. Dengan ditetapkannya Anies sebagai capres, semangat restorasi Nasdem terkesan kembali menggelora.