Akhir - akhir ini, saya sering mendapati tulisan dan artikel yang mengatakan bahwa orang Indonesia adalah orang - orang yang malas membaca. But wait, yang malas membaca anda, kenapa yang anda salahkan adalah Indonesia ? Anda yang malas membaca, lalu menggeneralisir masyarakat Indonesia. Luar biasa.
Hei Jabal, ini ada surveinya lho, kata mereka ketus.
Oh, memangnya kau tahu apa standar survei tersebut ? Jawab saya.
*Lalu Hening*
Banyak orang Indonesia yang menelan mentah - mentah berita tersebut. Ya, karena menurut survei yang diadakan adalah Central Connecticut State University, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang mereka survei, lebih baik dari Botswana. Uniknya, orang - orang besar kaliber Najwa Shihab pun terjebak dengan penelitian ini, padahal nyatanya, survei tersebut bersumber dari sebuah buku "World Literacy : How countries ranked and how it matter" karya Michaell McKenna. Di situ disebutkan secara gamblang, baik di buku maupun website dari survei tersebut BAHWA SURVEI TERSEBUT MERUPAKAN SURVEI TENTANG KONDISI LITERASI, bukan minat baca, jadi please deh, jangan suka makan hoax, orang itu makan nasi.
Lebih jauh lagi, standar penelitian tersebut ada 2 hal, yaitu :
1. Prestasi baca tulis suatu negara
2. Aspek literasi, seperti akses komputer, koran, perpustakaan dan kepemilikan buku.
dan saya tak melihat ada kemambuan baca atau kegemaran membaca dari variabel survei tersebut.
Lantas, kenapa seakan - akan Indonesia memang semalas itu untuk membaca ?
1. Akses buku, Indonesia adalah Jawa, itu salah satu statement lama yang tengah Presiden Jokowi untuk patahkan. Memang, dari segi akses terhadap buku, Indonesia di luar pulau Jawa memiliki kesulitan akses terhadap buku, baik dari toko buku, penerbitan, ataupun perpustakaan.