Mohon tunggu...
Jabal Nur
Jabal Nur Mohon Tunggu... Administrasi - Tottenham Hotspur

Menulis Jurnal Perjalanan di www.saksara.xyz Kerjasama bareng bisa hubungi pariandopi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jacinda Ardern: Teladan Sikap Pasca Teror

27 Maret 2019   10:23 Diperbarui: 27 Maret 2019   10:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Ardern mungkin tidak banyak terdengar di kancah dunia internasional sebelumnya. Namun, tak butuh waktu lama setelah terjadinya teror di Masjid Christchurch pada Jumat pekan lalu, ia segera menjelma menjadi sosok pemimpin yang didambakan oleh banyak masyarakat di berbagai belahan dunia. Oleh banyak pihak, ia dinilai berhasil menunjukkan kualitas pemimpin sejati di tengah kesedihan dan krisis teror terburuk sepanjang sejarah Selandia Baru.

Ia menyoroti bagaimana Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump dan sejumlah pemimpin negara lainnya menggunakan pendekatan yang bertolak belakang dengan Ardern dalam situasi yang serupa. Para pemimpin ini acap kali menggunakan kata-kata yang keras pasca-serangan teror yang menurut Buchanan hanya menunjukkan kepura-puraan.

Sebagai catatan, Ardern merupakan Perdana Menteri Selandia Baru termuda dalam 150 tahun terakhir. Ia pernah berprofesi sebagai disc jockey (DJ) dan menjabat sebagai presiden Serikat Pemuda Sosialis Internasional (2008-2010).

Ardern mengunjungi korban teror. Ia tak seperti pemimpin negara lain , ia fokus pada pemulihan korban dan masyarakat. Ardern tidak memberikan ruang atau panggung sama sekali pada aksi teror. 

Bahkan ketika didepan publik dia tidak menyebut nama aski teror itu. Bahkan beberapa waktu yang lalu pemerintah  Selandia Baru  telah mengambil tindakan untuk melarang senjata jenis semi otomatis seperti yang dipakai pelaku aksi terorisme tersebut. Yang punya senjata jenis itu wajib mengembailkannya kepada pihak pemerintah. Padahal senjata semi otomatis banyak digunakan oleh banyak petani Selandia Baru. Namun pertani mengaku tidak mengapa hal itu dilakukan demi kebaikan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun