Mohon tunggu...
Juan Audric
Juan Audric Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | The Land of Tupili

7 November 2018   20:13 Diperbarui: 7 November 2018   20:40 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya takjub mengetahui bahwa ia bisa berbahasa Indonesia sedangkan masyarakat lainnya hanya bisa bersungut suara saja.

"Siapakah engkau?", ia menanyakan kita.

"Uuhhh... Namaku Soetara, dan ini kapten kru aku, kapten Mansyar.", aku menjawabnya.

"Apa tujuanmu di datang ke pulauku?", raja Yanma taanya.

Kita sebaiknya jangan mengasitahui bahwa kita semaunya mengklaim pulau ini, atau kita bisa dibunuh. Jadi aku membohongnya.

"Kami adalah pedagang, kami menemukan pulau ini dengan tidak sengaja saat berjelajah ke Australia.",  kapten Mansyar melirikku dengan humor.

"Australia... pulau apakah it-"

"Sebaiknya yang Mulia mengasitahui kami apakah pulau ini dan kenapa pulaunya sangat... menabjukkan, lagian kita kan membawa api.", kapten Mansyar memotongkan raja.

"Ah benarnya kamu. Ini adalah kerajaan Tupili!", raja membalas.

Raja Yanma kemudian dengan menjelaskan sejarah kerajaan ini. Kerajaan Tupili telah dipimpin oleh banyak raja-raja lain sebelumnya, yang juga pintar sepertinya. Kemajuan kerajaan Tupili selalu dimundurkan oleh musim hujan yang membuatnya mustahil untuk menghasilkan api, karena itu kerajaan tidak dapat berkembang.

Inilah... inilah kesempatanku untuk memperbaiki kesalahan bangsa Belanda, aku harus menyebar pengetahuan bangsa kurcaci ini ke seluruh dunia supaya mereka bisa mempunyai akses untuk teknologi kami. Raja Yanma memercaya bahwa pemantikku akan menyelamatkan banyak warga yang sekarang belum dapat akses ke makanan, perobatan, dan kehangatan dari udara dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun