Mohon tunggu...
Jeka
Jeka Mohon Tunggu... -

jeka dan lingkungan hijau

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

RIP: Bapak Johanes Pemandi Winata Seputra alias Siek Siong Hwie ( 72 th )

6 September 2014   10:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta,(Senin, 04/09 ). Tadinya aku sempat bingung bagaimana caranya berangkat ke bandara pada jam 03.30 pagi untuk naik Lion air yang take off  jam 05.15 pagi. Kenapa harus repot, bawa saja mobil sendiri dan parkir di bandara, toh sorenya sudah kembali ke Jakarta, kata isteriku. Wow, itu ide yang brillian yang tak kuduga sekaligus memberi solusi atas dua masalah. Pertama-tama tidak perlu capek capek menelpon Blue Bird untuk memesan taxi. Kedua ,bukankah menunggu taxi dipagi hari badalah  hal yang tidak  menyenangkan ,siapa tahu supir taxinya nyasar yang tentu saja akan berakibat keberangkatan ke Semarang dan Ambarawa pasti tertunda.

Pagi itu ketika alarm BB ku berbunyi pada jam 04.00 pagi aku sudah mengendarai Toyota Fortuner  B 238 WOB menuju Terminal 1 A  bandara Soekarno Hatta. Jalan toll via Puri masih sepi dan dalam waktu 25 menit tanpa susah payah  aku sudah parkir di pelataran 1 A. Dengan menenteng tas kecil untuk membeli oleh oleh tahu petis titipan isteri, aku langsung check in dan masuk ke lounge menikmati hidangan nasi uduk dipagi hari.

Tumben sekali, penerbangan Lion Air JT 500 ke Semarang kali ini, on time . Setiba di bandara A.Yani tepat jam 06.30 ,aku mencoba menghubungi supir penjemput dengan hape , eh ternyata sudah ada label namaku diantara penjemput yang langsung membawaku ke hotel Paragon menemui Christian,kolegaku di CPI Ujung Pandang. Sama seperti aku, Christian khusus datang untuk menghadiri upacara pemakaman hopeng kami, Koh Siong Hwie di  Ambarawa.

Jalan Toll Semarang – Ambarawa hanya 30 menit saja.

Bandara A.Yani yang biasanya macet sekarang lumayan bersih dan perjalanan Semarang –Ambarawa dengan Kijang Avanza yang dikemudikan rekan  Yanto Halim,GM Marketing CPI  yang sudah bekerja selama 29 tahun di CP hanya ditempuh dalam waktu 30 menit saja. Padahal sebelum ada toll ,kita memerlukan waktu 1,5 jam untuk mencapai Ambarawa,kampung halaman  Koh Siong Hwie, distributor pakan CP di Jawa Tengah.

Ketika mulai memasuki kota Ambarawa, jalan Sudirman No.64, rumah tinggal sekaligus rumah duka sudah macet dipenuhi oleh mobil pelayat. Sebuah Jaquar nopol H diparkir berderetan  dengan Kijang tua,suatu bukti betapa luasnya pergaulan alm Koh Siong Hwie semasa hidupnya. Dari kalangan rakyat jelata sampai konglomerat bisa saja  menjadi teman gaulnya.

Aku dan Christian langsung ke lokasi peti jenazah menyalami B Win,isterinya, Gun,putera sulung, Shelly,puteri dan Hendrawan,putera bungsunya dan para famili lainnya.Tentu saja , kepergian Koh Siong Hwie secara mendadak  meninggalkan kesedihan yang luar biasa bagi keluarga dan para handai tolannya.

Setelah berdoa 3 x  Salam Maria didepan peti mati aku dan Christian langsung duduk bergabung dengan pelayat lainnya dibawa tenda yang khusus didirikan untuk upacara.. Romo Herman yang juga merupakan teman baik Koh Siong Hwie dalam khotbahnya mengatakan bahwa terakhir kalinya ketemu alm ketika menghadiri pesta perkawinan pada hari Minggu ( 31/08 ) .Romo Herman tadinya  mau menyapa Koh Siong Hwie ,eh ternyata Koh Hwie berjalan terlalu cepat menuju tempat Tenglok, makanan kesenangannya, jadi hanya sempat berbicara sebentar dengan isteri Koh Hwie saja,katanya.

Dalam khotbahnya Romo Herman mencoba menghibur pihak keluarga dan handai tolannya  supaya jangan terlarut dalam kesedihan,karena orang baik seperti Koh Hwie pasti sudah disiapkan tempatnya oleh Allah Bapa  di surga. Buktinya dirumah duka ini kita sampai  harus membuat Misa  beberapa shift  untuk menampung para pelayat yang datang dari beberapa paroki ,memberikan penghormatan terakhir kepada Koh Hwie,kata Romo Herman mengakhiri khotbahnya..

Pemakaman umat  Katholik Ambarawa.

Perjalanan dari rumah duka ke pemakaman Katholik  diluar kota ditempuh dalam waktu hanya  20 menit saja. Mulai dari pintu gerbang sampai lokasi makam ratusan karangan bunga warna warni yang terangkai indah menyambut kedatangan jenazah Koh Siong Hwie ditempat peristirahatan terakhirnya.Setelah berkawan lebih dari 20 tahun,hari ini  baru kutahu  bahwa nama lengkapnya Johannes Pemandi  Winata Seputra tapi  semasa hidupnya lebih  akrab dipanggil P Win atau Koh Siong Hwie saja. . Ratap tangis anak isteri dan  sanak saudara pada hari pertama kematian ( 01/09 )  telah mereda setelah Romo Herman memberikan Misa penghiburan dirumah duka yang dilanjutkan dengan Upacara penguburan di pemakaman.  Dari hadirnya pelayat  dan  karangan bunga dukacita yang dikirim kita bisa melihat  betapa luasnya pergaulan alm. Koh Siong Hwie semasa hidupnya. Sebut saja  Jendral ( Purn)  FX Sujasmin, mantan Wakasad yang rambutnya sudah memutih duduk termenung lesu, selain mengirimkan karangan bunga,beliau  juga sudah  beberapa kali  menyempatkan diri melayat dan ikut  menghadiri upacara pemakaman sobatnya. Begitu dengan P  Mardiyanto dan P Bibit Waluyo, keduanya mantan Gubernur Jateng datang  melayat ke rumah duka di Jl Jen. Sudirman 64, Ambarawa. Karena saking banyaknya umat yang melayat , dan kekurangan tempat duduk dirumah duka  kita sampai  harus mengadakan misa beberapa shift utk beberapa paroki di luar Ambarawa  , kata Romo Herman yang juga merupakan teman baik koh Siong Hwie. Dari kalangan pabrik pakan ternak, bisnis yang digeluti Koh Siong Hwie semasa hidupnya. Terlihat  hadir juga  Dr.Peraphoon,Christian Tiono, Khun Lang Sit dan Khun Adisak mewakili CP Group dan khusus terbang dari Ujung Pandang langsung ke Semarang - Ambarawa. Hartono Lody, Yanto Halim yang merupakan perwakilan CPI Jawa Tengah datang secara full team. Dr.Peeraphon khusus mengungkapkan perasaan dukanya dalam bentuk puisi dan memberikan langsung kepada Gunjaya,anak sulung Koh Siong Hwie. Tak jelas apakah puisi itu ditulis dalam bahasa Thailand atawa bahasa Indonesia ,tapi yang dijelas Dr Pee mau menunjukkan kedekatannya dengan Koh Siong Hwie semasa hidupnya.Jadi benar benar  persahabatan sejati,  bukan hanya berlandasan bisnis saja. Ketika ada karangan bunga yang tumbang karena ditiup angin, aku berbisik bahwa pasti itu  punya kompetitor  karena Koh Siong Hwie mau bikin senang Dr.Pee ,sobatnya dan Dr Pee,mesem mesem saja.

Upacara pemakaman Koh Siong Hwie yang dipimpin Romo Herman berjalan dengan khikmat berakhir sudah. Dan setelah memenuhi permintaan keluarga untuk foto bersama,kali ini aku meninggalkan kota Ambarawa dengan membawa kesedihan yang luar biasa.Aku pamit sama B Win dan  pesan sama Gun dan Hendra,khusus minggu minggu ini  jaga baik-baik mamanya karena mamanya pasti sangat merasa kehilangan pasangan hidupnya. Dan  aku hanya bisa berdoa Novena , semoga jiwa alm Koh Siong Hwie yang sangat baik semasa hidupnya telah ,disiapkan tempatnya di Surga dan keluarga yang ditinggalkan bisa tabah menerima cobaan hidup ini,Amin

Setelah ditraktir makan siang di resto Mang Engking,Ungaran dan sambil membawa oleh oleh Tahu petis pemberian dari P Hartono Lody,pimpinan  CPI di Jawa Tengah,akhirnya   aku kembali terbang dengan Lion Air JT 503 dan tiba dengan selamat di Jakarta.

Jk,04/09/2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun