Seperti sudah saya prediksi sebelumnya, dua artis yang berselisih paham itu akhirnya berdamai. Mereka adalah Julia Perez dan Dewi Persik. Seperti kita ketahui sebelumnya keduanya bersitegang dalam urusan perkelahian fisik yang terjadi pada saat keduanya menjalani shooting sebuah film (saya tidak tahu judul filmnya). Kemudian diberitakan di media massa perselisihan keduanya yang saling sikut dan saling tendang. Dalam setiap kesempatan berhadapan dengan wartawan mass media keduanya secara terpisah selalu tak lupa untuk saling menegaskan akan besar dan runcingnya masalah mereka berdua. Seolah mereka sedang terlibat dalam pertempuran hidup atau mati. Hukum pun dibawa-bawa, mereka saling mengadukan satu sama lain kepada aparat Kepolisian. Seolah tak ada lagi kata damai, semua harus diselesaikan melalui jalur hukum dan bla..bla..bla.... Tapi, seperti yang sudah-sudah kemudian mereka berdamai, duduk bersama, saling memuji, seperti tak pernah terjadi apa-apa (karena memang tak pernah terjadi apa-apa selain sandiwara).
Lalu, apa yang salah dengan orang berdamai ? Tidak ada yang salah, bagus malah. Etika moral dan spiritual mengajarkan kita untuk mendamaikan dua orang yang saling berselisih. Tuhan-pun menjanjikan balasan yang luar biasa baik bagi orang yang bisa medamaikan dua orang yang berselisih paham. Tapi apa yang terjadi dengan selebritis kita ini jauh berbeda. Meski mereka menyangkal habis-habisan, sudah menjadi rahasia umum bahwa perselisihan-perselisihan semacam itu hanya bagian dari trik pemasaran untuk meningkatkan nilai jual film yang dibintangi. Rasanya sudah demikian banyak perilaku selebritis kita yang semacam ini. Motifnya bisa untuk mendongkrak popularitas pribadi, promosi album, nilai jual film dan seterusnya. Begitulah, metode yang sebenarnya menistakan hukum itu akhirnya menjadi jamak dipakai dan parahnya kita sebagai konsumen kerap “terjerat” dengan metode konflik marketing seperti itu.
Apa jadinya bila hukum di Negara kita diperlakukan serendah itu ? Orang bisa berpura-pura saling berselisih paham kemudian berdamai demi tujuan ekonomi. Saya tidak mengerti hukum, tapi saya merindukan agar bentuk-bentuk pelecehan hukum seperti itu bisa dijerat dengan hukum. Meski sulit untuk dibuktikan harus ada upaya untuk menghentikan praktik-paraktik semacam itu. Karena apa yang dilakukan para selebritis itu tidak hanya sebatas pada “pebohongan publik” dengan berpura-pura menampilkan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Tapi ini sudah merupakan pelecehan terhadap hukum, mempermainkan hukum dan penistaan terhadap hukum serta aparat penegak hukum.
J. Alamsyah, Kediri, artikelwirausaha.com
Berbagi tak pernah rugi. Silakan menyebarluaskan tulisan ini dengan tidak merubah apapun didalamnya.
Lihat tulisan lainnya silakan klik disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H