Seorang pengelana berjalan seorang diri di gurun pasir. Ia perhatikan setiap ia melangkah, disamping bekas telapak kakinya selalu muncul telapak kaki lain yang ukuran dan bentuknya sama persis dengan bekas telapak kakinya. Pengelana itu menafsirkan bahwa itu adalah bekas telapak kaki Tuhan yang mengiringi langkahnya. Kemudian badai besar melanda dan pengelana itu melihat bekas telapak kaki itu menghilang, tersapu badai dan hanya tinggal bekas telapak kakinya sendiri yang ia lihat. Kemudian pengelana itu berujar,
“Wahai Tuhan, ketika perjalananku biasa-biasa saja dan tidak ada badai yang melanda engkau mengiringi dan menemani langkahku. Tapi mengapa ketika ada badai engkau justru meninggalkan aku ?”.
Kemudian pengelana itu mendengar jawaban,
“Tidak demikian, justru ketika badai melanda Aku menaikkanmu keatas punggungku. Jadi yang kau lihat itu adalah bekas telapak kaki-Ku yang menggendongmu”.
Alangkah indahnya hidup ini jika kita mampu melihat setiap ujian yang datang dalam hidup dari sudut pandang yang berbeda. Ujian dalam hidup ini adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada kita. Sehingga hendaknya kita menyadari bahwa jalan terbaik menghadapi ujian adalah kembali kepada Tuhan. Karena hakekatnya hanya Tuhan yang mampu menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidup ini.
note : sebagaimana disampaikan Bapak Menteri Pendidikan Nasional Prof.DR.Ing. Muhammad Nuh dalam Wisuda Sarjana dan Pasca Sarjana UNISKA Kediri, 19 Desember 2010
Tulisan sejenis : Tuhan, Kucing dan Ujian
J. Alamsyah, Kediri, artikelwirausaha.com
Berbagi tak pernah rugi, silakan menyebarluaskan tulisan ini dengan tidak merubah apapun didalamnya
Lihat tulisan lainnya, silakan klik disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H