Mohon tunggu...
J. Alamsyah
J. Alamsyah Mohon Tunggu... profesional -

a cup of coffee life

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syukurin...

2 Desember 2010   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:06 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada 2 orang penjual kue, sebut saja namanya Si Apa dan Si Dia. Setiap hari mereka harus bangun jam 3 pagi untuk kemudian mengayuh sepeda ke pasar besar yang memakan waktu 30 menit agar tidak kehabisan bahan membuat kue. Sampai dirumah sekitar pukul 4.30 pagi, selesai menjalankan ibadah, masing-masing mereka mulai bekerja membuat kue. Selesai sekitar pukul 7 pagi, usai bersiap-siap pukul 7.30 pagi mereka kembali mengayuh sepeda berangkat menjajakan kue buatan mereka. Begitulah rutinitas yang mereka jalani setiap hari.

Enam bulan berlalu. Berkat kegigihan mereka, akhirnya masing-masing dari mereka bisa membeli sepeda motor. Dan perubahan besar itupun dimulai...

Si Apa merasa tidak perlu lagi bangun pagi-pagi, kini ia bisa bangun lebih lambat. Bukankah sekarang ia punya sepeda motor yang bisa mengantarnya lebih cepat sampai ke pasar ? begitu pikirnya. Tapi tidak demikian dengan Si Dia, ia tetap bangun jam 3 pagi seperti biasa dan dengan cepat ia menyadari dengan adanya sepeda motor yang bisa mengantarnya ke pasar lebih cepat kini ia punya waktu dan tenaga lebih banyak, sebab ia bisa sampai rumah lebih cepat dan tidak begitu lelah bila dibandingkan waktu ia masih harus mengayuh sepeda. Segera, keesokan harinya Si Dia menambah porsi belanja bahan-bahan pembuatan kue, Si Dia menambah produksinya.

Satu Tahun kembali berlalu, Si Dia telah menjadi pengusaha roti dengan puluhan karyawan. Produksi yang meningkat membuat omsetnya naik, keuntunganpun bertambah. Dengan bertambahnya keuntungan itu Si Dia mampu membeli tambahan kendaraan operasional untuk memasarkan produknya, sehingga pasarnya-pun bertambah luas, omsetnya semakin meningkat dan begitulah seterusnya hingga kini Si Dia telah menjadi pengusaha roti dengan puluhan karyawan dan belasan kendaraan operasional pemasaran.

Bagaimana dengan Si Apa ? Ia harus menutup usahanya. Ia tidak menyadari bahwa pasar berkembang, bahkan ia pun terlambat menyadari bahwa dengan memakai sepeda motor ada cost / biaya tambahan yang harus dikeluarkannya. BBM, biaya servis dan pajak kendaraan. Akibatnya pendapatannya tak mampu menutupi biaya operasionalnya dan Si Apa pun merugi hingga ia harus menutup usahanya dan bekerja sebagai karyawan di perusahaan Si Dia.

Si Dia telah menerapkan konsep bersyukur dengan benar. Ia tidak hanya mengucapkan rasa syukur tetapi lebih penting dari itu ia menerapkan rasa syukur itu pada perbuatannya. Nikmat bisa membeli sepeda motor tidak membuatnya lalai, justru makin meningkatkan produktifitasnya. Output yang dihasilkannya-pun meningkat dan lebih banyak dari orang lain, karena itu ia memperoleh lebih dari yang bisa diperoleh orang lain. Si Dia telah membuktikan janji Tuhan ketika Tuhan berjanji " Kalau engkau bersyukur niscaya akan Ku-tambah nikmat-Ku kepadamu..."

J. Alamsyah,  Kediri, artikelwirausaha.com

Wujud Rasa Syukur yang Memajukan Usaha

Spirit Bisnis, Memulai Wirausaha Dengan Hati

Berbagi tak pernah rugi, silakan menyebarluaskan tulisan ini dengan tidak merubah apapun didalamnya

Lihat tulisan lainnya, silakan klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun