Mohon tunggu...
Jumardi Budiman
Jumardi Budiman Mohon Tunggu... Dosen - Insan Budiman

Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelatihan Penyusunan Modul Ajar Berbasis Proyek Bagi Guru Perbatasan Indonesia-Malaysia

31 Oktober 2024   18:46 Diperbarui: 31 Oktober 2024   18:53 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan urgensi dan ejawantah pengetahuan dan keterampilan yang perlu dibangun dalam diri pelajar Indonesia, dirumuskan 6 (enam) dimensi profil yang semuanya harus terbangun bersama-sama dalam diri setiap individu pelajar Indonesia. Enam dimensi Profil Pelajar Pancasila tersebut yaitu (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Bergotong- royong, (3) Bernalar Kritis, (4) Berkebinekaan global, (5) Mandiri, dan (6) Kreatif.

Keenam dimensi tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Selanjutnya dalam setiap dimensi profil pelajar Pancasila dirumuskan elemen dan/atau subelemen. Elemen dan subelemen merupakan konstruk-konstruk atau perilaku yang merupakan indikasi dari tercapainya masing- masing dimensi. Tiap konstruk memiliki alur perkembangan yang dimulai dari usia peserta didik PAUD hingga ke SMA/SMK.

Selanjutnya setelah elemen dan subelemen dirumuskan, dibuat deskripsi dan alur perkembangan berdasarkan karakteristik usia perkembangan dan/atau target peningkatan kompetensi dan karakternya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran lebih dalam mengenai masing-masing dimensi dalam profil Pelajar Pancasila, memaknai hal-hal yang terkandung di dalamnya, dan tidak mengartikan dimensi secara sempit atau melakukan simplifikasi. Selain itu, diharapkan memudahkan strategi-strategi implementasi terutama bagi satuan pendidikan karena ada gambaran kompetensi dan gradasi yang lebih jelas antara apa yang dibidik di usia tertentu, misalnya kapasitas bernalar kritis yang diharapkan di PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK tentu berbeda. Jabaran lebih detail mengenai dimensi, elemen, dan subelemen dapat merujuk pada Kajian Pengembangan Profil Pelajar Pancasila.

Dimensi profil pelajar Pancasila diintegrasikan dalam pembelajaran melalui sekurang- kurangnya tiga cara, yaitu (1) sebagai materi pelajaran dalam kegiatan intrakurikuler, (2) sebagai pengalaman pembelajaran atau strategi pengajaran yang digunakan guru, dan (3) sebagai projek kegiatan kokurikuler. Dimensi profil pelajar Pancasila juga perlu dibangun melalui lingkungan belajar yang kondusif.

Fokus pada pendidikan karakter, upaya mencapai profil pelajar Pancasila tidak cukup hanya melalui intrakurikuler. Seperti yang ditemukan dari hasil evaluasi bahwa banyaknya materi pelajaran yang perlu dipelajari peserta didik membuat kurangnya waktu untuk mencapai kedalaman sebuah kompetensi, begitu pula dengan internalisasi karakter, sehingga dianalisis diperlukan alokasi waktu khusus di mana peserta didik memiliki waktu untuk mengeksplorasi dan mengasah kepekaan terhadap isu di lingkungan sekitarnya, tanpa adanya beban materi bidang pengetahuan yang perlu dikuasai.

Sebaliknya, dengan mendalami isu kontekstual tersebut, peserta didik mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu ia miliki untuk dapat memberikan pendapat, alternatif pemecahan masalah, atau aksi yang dapat dilakukan, sehingga kepemilikan terhadap pembelajaran dialami oleh peserta didik dan pembelajaran pun relevan bagi kehidupan peserta didik.

Oleh karena itu, untuk mencapai dimensi profil pelajar Pancasila disediakan waktu khusus melalui kegiatan kokurikuler yang diwujudkan dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila. Dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila, penguatan kompetensi dan karakter dikuatkan melalui eksplorasi isu prioritas nasional, pembangunan berkelanjutan, dan yang relevan di lingkungan peserta didik.

Mengingat profil pelajar Pancasila merupakan representasi dari standar kompetensi lulusan (SKL), maka muara berbagai kegiatan yang dilakukan di satuan pendidikan diharapkan bertujuan mencapai profil pelajar Pancasila. Begitu pula dengan ekstrakurikuler dan berbagai program lain yang dirancang di masing-masing satuan pendidikan. Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat peserta didik yang dapat mendukungnya meraih kompetensi profil pelajar Pancasila, begitu juga dengan berbagai program satuan pendidikan, sehingga kompetensi dan muatan pembelajaran yang dilaksanakan perlu dirancang untuk dapat mendukung profil pelajar Pancasila.

Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project based learning (PjBL) adalah pendekatan belajar yang menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran. Metode ini juga menitikberatkan proses untuk memiliki hasil akhir berupa produk atau layanan (tergantung permasalahan apa yang diberikan). Sehingga murid diberikan kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya sendiri hingga menciptakan hasil berupa sebuah produk. Metode ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan murid di kelas. Sehingga murid akan terlibat dalam merancang, mengembangkan, dan menciptakan solusi untuk menjawab permasalahan yang diberikan.

Metode pembelajaran ini dapat memberikan beberapa manfaat, yakni:

  • Memberikan guru banyak kesempatan melakukan penilaian atau asesmen;
  • Memberikan kesempatan pada murid untuk menunjukkan kemampuan mereka bekerja secara mandiri;
  • Dapat menunjukkan kemampuan murid untuk menerapka keterampilan yang diinginkan seperti melakukan riset penelitian;
  • Mengembangkan kemampuan kerja sama murid dengan teman-temannya;
  • Memungkinkan guru untuk mengenal lebih tentang muridnya sebagai manusia;
  • Membantu guru untuk berkomunikasi secara progresif dan bermakna dengan murid atau sekelompok murid mengenai berbagai masalah.
  • Secara ringkas, manfaat dari penerapan PjBL adalah memberikan hasil asesmen yang otentik, hasil evaluasi perkembangan tiap murid di kelas, hingga melatih sikap proaktif murid dalam memecahkan suatu masalah.

 Perubahan kurikulum merupakan sebuah keniscayaan dalam pengelolaan pendidikan dalam aspek makro. Perubahan kurikulum sangat diperlukan dalam rangka penyesuaian system pembelajaran dengan perkembangan informasi dan kondisi sosial Masyarakat. Perubahan kurikulum sejatinya dilaksanakan secara berkala, bertahap dan berkesinambungan agar para pemangku kepentingan Pendidikan seperti kepala sekolah, guru dan siswa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Oleh karena itu, sebelum perubahan kurikulum diimplementasikan secara penuh di Tingkat satuan Pendidikan, para kepala sekolah dan guru perlu diberikan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan dalam rangka penerapan kurikulum yang baru. Berlandaskan pada pemikiran tersebut, maka tim pelaksana PKM Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan merancang kegiatan workshop yang mencakup penyuluhan dan pelatihan kepada para guru di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia terkait Penyusunan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek dalam rangka implementasi Kurikulum Merdeka yang merupakan perubahan dari Kurikulum 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun