Inilah kisah singkat dari seorang pejalan kaki yang seringkali menggunakan trotoar namun fungsinya telah disalahgunakan oleh sebagian manusia.
Disuatu pagi yang indah nan cerah, saya ingin pergi ke pasar sekaligus membeli sarapan. Berjalan kakilah saya sejauh lima ratus meter. Sambil menghirup udara segar lantaran kendaraan yang masih kurang di jalan raya. Tidak lupa mengamati keadaan sekitar, terbesitlah sebuah pertanyaan dikepala saya, "Trotoar itu gunanya untuk para pejalan kaki bukan untuk kendaraan dan trotoar bukan untuk tempat dagangan juga trotoar bukan tempat parkir hmm... Trotoar juga bukan untuk parkir taksi online dan mobil pickup sewaan." Trotoarku yang berada disepanjang jalan kini diisi oleh para pedagang yang menganggap uang lebih penting daripada keselamatan pejalan kaki. Trotoar yang berada disepanjang jalan bukannya memberikan keamanan dan keselamatan bagi pejalan kaki justru menjadi bahaya bagi pejalan kaki. Saya pun juga berpikir "Apa bedanya trotoar dengan jalan raya dan apa bedanya pinggir jalan dengan tengah jalan, kalau semuanya hanya membahayakan bagi pejalan kaki." Karena tidak amannya trotoar bagi pejalan kaki, seringkali saya berjalan hingga masuk ke badan jalan dimana kendaraan melintas bahkan beberapa kali hampir tertabrak.
Harapan saya cuman satu, semoga trotoar dapat berfungsi sepenuhnya untuk pejalan kaki dan bukan untuk tempat parkir kendaraan apalagi tempat untuk berjualan.
Demikianlah sebuah kisah singkat dari seorang pejalan kaki yang menjadikan jalan kaki sebagai sesuatu yang intens dan dijadikan kebiasaan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI