Mohon tunggu...
Izzul Arifin
Izzul Arifin Mohon Tunggu... mahasiswa -

just the ordinary chemist who got bachelor degree form Andalas University, also interested in designing. Crazy about anime and k-pop. Wanna be better muslim\r\n\r\nhttp://izzulword.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Act#002 – Inginku Seperti Dia: Muhammad Hatta, Tokoh Berjiwa Besar yang Rendah Hati

12 Januari 2011   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapapun tahu, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sekalipun di
Indonesia mengenai satu tokoh ini yang dikenal dengan Bapak kemerdekaan
sekaligus Bapak Koperasi. Beliau nama panjangnya adalah Muhammad Hatta dan
biasa dipanggil dengan sebutan Bung Hatta. Beliau dilahirkan pada tanggal 12
Agustus 1902 di kota sanjai, julukan bagi kota Bukittinggi, sebuah kota kecil
di provinsi Sumatera Barat.

Dengan latar belakang Minangkabau yang agamais dan penuh dengan adab
bermusyawarah yang mana sangat berpengaruh bagi anutan idelogi beliau dalam
pergerakkan. Dimasa kecilnya Hatta kecil dibina dengan pembinaan islami karena
keluarga ayahnya merupakan keluarga ulama yang terpandang di masyarakat.
Pemikirannya yang terkenal dibidang koperasi yang tertuang dalam pasal 33 ayat
1 yaitu : " Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan", dimana pemikiran ini pastinya erat hubungannya dengan latar
budaya Minangkabau yang mewarnai Hatta kecil di Bukittinggi. Dalam budaya
Minangkabau, symbol-simbol

Semenjak masih duduk dibangku sekolah, beliau  telah aktif diberbagai
organisasi. Sejak awal mulanya sekolah di MULO padang, beliau tertarik
mengikuti pergerakkan.

Ketika beliau berada di organisasi jong sumatera bond, beliau menjabat
sebagai bendahara yang memupuk sifat tanggung jawab dan disiplin yang menjadi
sifat khas bagi seorang Muhammad hatta. Kemudian untuk memperdalam rasa ingin
tau dibidang ekonomi, maka beliau melanjutkan sekolah ke luar negeri di handles
Huge School di Rutterdam, Belanda. Dan disana menjadi anggota Indische
Vereniging pada tahun 1922. Dan kemudian berubah nama organisasi menjadi nama
Perhimpunan Indonesia (PI) yang menjadikannya vocal melawan Belanda.
Kemampuannya sebagai pemimpin terasah di oraganisasi ini, dengan dibuktikannya
menjadi ketua dari tahun 1926 - 1930. Dan untuk mengasah minatnya dibidang
politik ia melanjutkan sekolah di jurusan hukum Negara dan hukum
administrative.

Di belanda juga, kemampuannya dibidang menulis terasah dengan terlibatnnya
di majalah Indonesia Merdeka. Dengan latar belakang budaya minangkabau yang
penuh bersandikan musyawarah benar-benar melatih kemampuannya dibidang
berbicara didepan umum ataupun sedang berpidato. Hatta sering menghadiri
Kongress bertaraf Internasional yang diadakan  oleh berbagai organisasi
antikolonialisme. Dalam congress itu ia memperkenalkan perjuangan bangsa
Indonesia melawan penjajahan colonial Belanda. Kemudian pada tahun 1926 beliau
memperjuangkan nama Indonesia sebagai ganti menyebutkan wilayah Hindia Belanda
pada waktu itu pada congress demokrasi Internasional untuk perdamaian di
Prancis.

Karena pemikirannya dan pergerakkannya yang vocal melawan belanda maka ia
bersama0-ama Nazir sutan pamuncak, Ali sastroamijojo dan abdul Majid
jojodinigrat ditangkap oleh belanda. Oleh karena tidak cukup bukti, mereka
dibebaskan oleh pengadilan. Dengan segala tekanan dari Belanda tidak
menyurutkan memperjuangkan perjuangan kemerdekaan. Perlawanannya semakin keras.
Pada Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studi di Belanda dan kembali ke
Indonesia.

Setibanya di Indonesia, Hatta lebih focus mengaplikasikan ilmu dalam bentuk
tulisan artikel dibidang politik, ekonomi. Hatta mendirikan partai politik
Pendidikan Nasional Indonesia yang dikenal dengan nama PNI-Baru. Mungkin karena
kecintaannya pada pendidikan, makanya nama partainya ada kata Pendidikan.
Karena kegiatan politik itu, pada bulan Januari 1934 ia diasingkan ke Digul.
Disana ada hal yang menarik dari seorang Hatta. Ia ditawari oleh kepala
pemerintahan disana untuk memilih berkeja kepada Kolonial Belandadengan upah 40
sen  per hari dan bisa dipulangkan ke kampong halaman kemudian hari atau
tetap menjadi buangan dan tidak dipulangkan. Namun Hatta menjawab menjawab
seandainya ia menginginkan kekayaan tentu ia telah berkerja kepada Kolonial
Belanda dulu sewaktu masih di Jakarta dan tentu kekayaan dan kekuasaan yang
didapatkannya lebih besar. Beliau lebih memilih menjadi buangan disana daripada
menyerahkan diri kepada penjajah.

Walaupun hidupnya sebagai buangan disana, rasa hausnya dalam ilmu
pengetahuan tidak tumpul. Disana ia memiliki buku-buku sebanyak 16 peti yang
dipesannya dari teman-temannya yang ada di Jakarta. Dan dengan buku-buku
tersebut ia memberikan pelajaran kepada teman-temannya sesame buangan.

Pada masa pendudukan Jepang, Hatta dilepaskan dari status buangan dan ikut
memimpin pusat Tenaga Rakyat (PUTERA). Kemudian ia diangkat sebagai wakil
kepanitian Persiapan Kemerdekaan Indonedia (PPKI). Pada tanggal 17 Agustus
1945, Hatta mendampingi Ir. Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Pada peristiwa bersejarah ini, beliau sangat memikirkan rakyat kedepan. Dimana
ia menyususn teks ploklamasi yang ringkas namun padat akan makna. Dalam siding
PPKI 18 Agustus 1945, ia terpilih menjadi wakil presiden RI yang pertama.
Selama perjuangan kemerdekaan ia pernah pula menjadi Perdana Mentri merangkap
menteri Pertahanan. Kemudian ia pernahdiangkat sebagai Perdana Menteri Republik
Indonesia serikat (RIS)/ sesudahnya kemudian ketika kembali kebentuk Negara
kesatuan Republik Indonesia, Hatta diangkat kembali menjadi wakil Presiden RI.
Jabatan itu dipegangnya sampai ia mengundurkan diri pada tanggal 1 Desembar
1956 Walaupun demikian, dalam hubungan sehari-hari, Hatta dan Sukarno tetap
berteman dengan baik.

Berbagai perundingan yang beliau hadiri, terlihat kecerdasan dalam
berdiplomasi sesuai dengan karakter minangkabau. Salah satu perundingan besar
yang ia hadir yaitu ketika perundingan KMB untuk menerima pengakuan kedaulatan
Indonesia dari Ratu  Belanda

Dr Muhammad Hatta meninggal dunia pada tanggal 14 Maret 1980 di Jakarta.
Karena sifatnya yang rendah hati, beliau mengamanatkan agar jenazahnya
dimakamkan dipemakaman Umum tanah Kusir Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun