Dunia sedang berlomba, namun bukan juara pertama yang diperebutkan malah berambisi menempati posisi bawah. Covid 19 membuat semua negara kalang kabut, virus impor yang datang dari macan asia walau tak diundang pun datang dengan sendirinya. Cina mengabarkan awal tahun terkonfirmasi banyak yang terkena tak lama setelah itu dunia menyusulnya, entah cina sebagai percontohan yang diikuti apapun langkahnya mestinya bukan.Â
Ternyata hegemoni cinalah yang menyebabkan tersebarnya secara cepat, setidaknya virus berawal dari endemi didaerah tertentu dan tidak akan keluar kecuali ada yang membawanya, begitu juga wabah ini semula hanya di wuhan, cina bagaimana bisa tersebar hingga ke pelosok dunia kalau tidak dunia yang masuk kesana atau cina yang bebas kemana saja.
Kasus ini akhirnya menjadi perbincangan dunia, setidaknya 15 juta akumulasi global sudah terkofirmasi positif melalui swab test, untuk melihat rangking dunia  penyumbang data bisa dipantau secara langsung di https://www.worldometers.info/coronavirus/ walaupun kevalidan hanya milik kemenkes tapi bisa jadi gambaran siapa yang sedang berjuang dan siapa yang pecundang. dengan parameter lengkap dari jumlah total penduduk, jumlah korban positif dan sembuh, angka kematian dan total yang melakukan test.Â
Sejatinya semua penting tapi urgensitas yang dibuthkan saat ini adalah jumlah test yang diadakan, jika dilogika ada korban yang positif dengan melakukan test tetapi jika test yang dilakukan hanya sedikit kemungkinan besar ada korban positif yang tidak test, terlepas dari bayar atau tidaknya atau mungkin mahal atau langkanya alat akan membuktikan keseriusan penanganan pencegahan.Â
Kembali pada rangking dunia Amerika menjadi pemuncak klasemen sementara korban terbanyak dengan disusul negara maju lainya seperti itali, spanyol, uk, rusia. Sekilas pandangan orang akan wajar dengan banyaknya korban karena akivitas dunia juga disitu, keanehan yang kontras muncul kemana cina, mengapa tidak masuk 10 besar, kurang sibuk dan padat apa mereka, konspirasi apa yang mereka perbuat sehingga data ditutupi, terlepas dari kicauan tak berdasar itu, data yang mengatakan seperti itu.
Jika ditelaah dengan seksama Cina sebagai macan asia yang kolaborasi dengan naga seakan terlihat lihai dalam menguasai keadaan ini, para ahli dan pakar terkait menyatakan publikasi yang dilakukan Cina tentang penangan virus ini, dari test yang akurat, antibiotik, dan antivirus memanglah logis, artinya Cina bukan lagi membuat barang KW dengan asal seperti yang diketahui dalam industrinya, tetapi mereka serius dengan memahami dan menangani masalah ini. Terkait dengan judul mengapa mencantumkan qodho' dan qodar sebagai bandingan antara cina dan negeri muslim?.Â
Jawabannya adalah Cina yang notabenenya tidak beragama dengan ideologi komunisnya sangat memahami artian qodho' dan qodar dalam artian umum, jika dijabarkan maksudnya mereka paham ketetapan (qodho') bagaimana virus yang tidak terlihat ini memiliki khasiat dan sudah terbukti, dengannya mereka berusaha (qodar) menghindari dan segera melakukan pencegahan dengan penelitian untuk identifikasi mencari penawarnya.Â
Intelektual dari Muslim disini sudah kalah mengingat dan melihat fenomena yang terjadi, tercatat dari klasemen 30 besar ada 10 negeri muslim sedang cina dibawah mereka, ini membuktikan kaifiyah atau usaha mereka lakukan itu mebuahkan hasil dengan penuruna jumlah korban dan kematian, namun dinegeri negeri muslim yang seharusnya paham konsep ketetapan dan usaha dalam perbuatan, tentu tak pantas seorang muslim berkata ini virus dari Allah santai saja gausah panik seperti biasa saja kalau deket sama Allah pasti ditolong. Akan timbul persepsi apakah memang muslim sudah memahami konsep qodho' dan qodar? atau hanya terucap dimulut ketika rukun iman adan 6, namun implementasinya 0.Â
Setelah tau tentang masalah ini sebagai seoarang muslim perlu menelaah kembali apa yang terjadi saat ini, mesti ada yang salah terlepas orang lain diri sendiri yang perlu dibenahi, misal usaha dalam mencegah seperti menahan untuk tidak keluar kalau tidak penting jikalau penting protokol kesehatan haruslah digunakan, jika kembali diusahkan mandi.Â
Langkah kecil seperti itu bisa jadi orang akan meniru dan segan terhadap muslim yang terkesan tidak merehkan perihal maslah ini. semoga Allah selalu lindugi kita dari segala marabahaya sehingga kita bisa melakukan kegiatan sebagiamana mestinya. Akhirnya saya ingin berpesan kepada pembaca untuk jangan menganggap remeh hal ini bukan karena kita takut virus ini seperti halnya hamzah kepada kaum kafir, namun ikhtiar kita dalam pencegahan dan patuh pada perintah Allah untuk tidak berkontribusi dalam penyakitÂ
Muizz Al-kayyisÂ