Mohon tunggu...
FATIMAH AZZAHRA
FATIMAH AZZAHRA Mohon Tunggu... -

•former undergraduate nutrition student @fkmui•dream chaser•full scholarship hunter•purple•I'm passionately curious•

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tong Kosong Nyaring Bunyinya Kelak, Potret Buram Anak Indonesia yang Terpapar Food Additive

17 September 2012   13:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Keprihatinan terjadi ketika melihat tumpah ruahnya makanan bergizi di Indonesia tetapi justru pada kenyataannya miskin ketersediaan makanan sehat bergizi tanpa food additive yang dapat diakses mudah terutama oleh anak-anak. Menjamurnya aneka makanan yang mengandung food additive dengan pengemasan yang menarik berwarna-warni dan berdaya tarik iklan tentu menjadikan anak-anak sebagai sasaran komsumen. Hal ini menjadi suatu hal yang seharusnya mengkhawatirkan mengingat tingginya risiko kesehatan bagi anak yang mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna, penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi serta pemutih ini.

Zat aditif yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu ini dapat membahayakan kesehatan konsumen terutama yang banyak terdapat pada Makanan Jajanan Anak Sekolah MJAS. Penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi syarat termasuk bahan tambahan memang jelas-jelas dilarang, seperti pewarna, pemanis dan bahan pengawet.Pelarangan juga menyangkut dosis penggunaan bahan tambahan makanan yang melampaui ambang batas maksimum yang telah ditentukan. Dapat dibayangkan bagaimana dampak anak yang mengkonsumsi MJAS yang terpapar dengan food additive ini.

Organisasi kesehatan dunia pun telah memiliki pandangan mengenai tersebar luasnya makanan miskin gizi, kaya bahan aditif yang ada pada MJAS. WHO menyatakan makanan jajanan di Indonesia tidak menerapkan standar yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO). BPOM sendiri pun telah melakukan pemantauan makanan jajanan anak sekolah selama tahun 2003, sedikitnya 19.465 jenis makanan yang dijadikan sampel dalam pengujian tersebut ditemukan 185 item mengandung bahan pewarna berbahaya, 94 item mengandung Boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item mengandung Benzoat atau pengawet yang mana kesemuanya ditemukan dalam makanan dengan kadar berlebih, sehingga mengharuskan Badan POM menariknya dari pasaran.

Produk makanan jajanan yang menggunakan bahan pengawet dan pewarna yang dapat mengganggu kesehatan anak sekolah seperti penyakit kanker dan ginjal. Zat tambahan yang terbukti mayoritas terdapat pada Makanan Jajanan Anak Sekolah (MJAS) seperti zat pewarna merah (Rhodhamin B) yang terkandung dalam saus, pewarna kuning (Metanil Yellow) yang terkandung dalam chiken naget serta mie, dan bahan pengawet (Bhoraks dan Formalin) yang terkandung dalam bakso serta tahu, dan jajanan anak-anak yang sekarang digemari adalah makanan jelly yang menggunakan zat pewarna kuning yang mengandung unsur zat tartazine sehingga bisa menyebabkan tumor ginjal. Sedangkan zat pewarna merah mengandung erythosine dapat menimbulkan efek samping tumor thyroid yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Anak-anak sekolah dasar atau preedolescent perlu asupangizi yang adekuat sebab mereka berada pada masa laten, periode saat tubuh menyimpan cadangan zat-zat gizi yang optimal untuk periode pertumbuhan pesat (growth spurt) selanjutnya saat remaja. Walaupun perubahan pertumbuhan anak relative stabil dibandingkan pada periode sebelumnya, tetapi saat periode inilah perlu adanya pendidikan gizi sebagai cara pembentukan pola diet yang baik untuk pesrsiapan menjadi remaja, pemuda penerus bangsa.

Secara alami asupan makan anak sekolah akan meningkat karena mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan energi yang dipakai untuk aktivitasnya di sekolah dengan tetap melakukan pertumbuhan dan perkembangan.Pada masa ini, kekuatan otot, koordinasi motoris, serta perkembangan kognitif mengalam perkembangan yang progresif. Pada pertumbuhan optimal, selama masa laten anak mengalami perubahan perkembangan kognitf. Reorientasi kognitif anak dari masa preoperasional menuju masa operasional konkrit harus didukung oleh nutrisi demi perkembangannya.

Di lain pihak, anak sekolah juga cenderung unuk memilih makanan yang kurang bergizi dengan kalori tinggi yang mengandung food additive. Jika remaja mudah mengikuti pola makan temannya disekolah, kecenderungan ini didukung pula dengan tersedianya MJAS berbahaya yang dapat diperoleh dengan mudah di warung sekolah. Asupan gizi tidak tercukupi atau diperburuk dengan konsumsi MJAS yang mengandung food additive menguatkan risiko penyakit seperti anemia defisiensi besi, malnutrisi, dan penyakit terkait gizi lainnya akan banyak menjangkiti anak Indonesia.

Jika ditilik dari tujuannya maka dapat diketahui tujuan penggunaan bahan tambahan makanan untuk mendapatkan mutu produk yang optimal. Dalam hal ini penggunaan bahan tambahan makanan, tentunya tidak terlepas dari aspek-aspek ketersediaan bahan tambahan makanan, pemilihan atau penetapan, pembelian, dan peraturan mengenai bahan tambahan makanan. Poin terakhirinilah yang harus dikelola baik oleh lembaga yang mengawasi peredaran bahan makanan.

BPOM sebagai lembaga yang mengawasi aspek keamanan, manfaat, atau kualitasnya seta mengeluarkannomor izin edar makanan/produk-produk makanan tidak terkecuali MJAS dalam merupakan perpanjangan tangan pemerintah yang memiliki fungsi startegis dalam perannya menjaga kualitas pengadaan produk pangan. Peran strategis ini akhirnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Mengapa? Anak-anak adalah investasi. Jika pertumbuhan dan perkembangannya diatur seoptimal mungkin maka kelak mereka akan menjadi tulang punggung Negara.

You are what you eat, kamu adalah apa yang kamu makan. Jika anak-anak tidak dijaga maka akan yang ke depannya akan tercetak empty generation yang justru menjadi beban negara. Anak yang terpapar zat karsinogenik pada makanan ber-food additive ditambah lagi dengan risiko inadekuat intake nutrisi maka akan meningkatkan penyakit-penyakit yang mungkin berkembang menjadi penyakit kronis. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah pun tidak dapat berlangung dengan optimal, yang pada akhirnya melahirkan generasi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah.IPM yang rendah menunjukkan kualitas suatu Negara.

Dengan terus meningkatkan pengawasan izin edar makanan dan menghidupkan peraturan peredaran makanan (pembatasan penggunaan food additive) maka BPOM telah menyumbangkan peran besar dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, generasi yang tidak tong osong nyaring bunyinya, generasi yang tidak lagi ada paradoks dengan jumlahnya yang besar.

Kepedulian akan nasib Indonesia selalu dapat dimulai dari hal kecil. Kepedulian tidak hanya ditunjukkan segelintir orang tetapi selayaknya dirasakan pula oleh pihak lain. Kita semua juga memimpikan kehidupan anak yang lebih baik. Tentu saja BPOM sebagai lembaga pemerintah memiliki kepedulian yang tinggi karena banyak data yang menguatkan segala argumen. Upaya nyata dari lembaga yang memiliki peran penting dalam pengawasan dan sertifikasi makanan yang nantinya harus lebih selektif karena nantinya akan terdistribusi ke masyarakat luas dan akan dikonsumsi oleh anak-anak.

Acuan:

“Brown, Judith E., Nutrition Through the LifeCycle 2nd. USA: Thomson.2005

www.chem-is-try.org. ”Zat Aditif pada Makanan”, dikutip Kamis, 15 Mei 2009 pukul 17.30

www.cyberwoman.cbn.net.id. ”Generasi Penerus Bangsa Teancam Bahaya, Perhatikan Jajanan Kami”, dikutip Kamis, 15 Mei 2009 pukul 17.30

www.republika.co.id. “Bahaya Makanan dengan Food Additive”, dikutip Kamis, 15 Mei 2009 pukul 17.30

www.kompas.com. “60 Persen Jajanan Anak Berbahaya”, dikutip Kamis, 15 Mei 2009 pukul 17.30

www.kompas.com, ”Kebutuhan Gizi & Kecerdasan Anak”, dikutip Kamis, 15 Mei 2009 pukul 17.30

www.kimianet.lipi.go.id. ”Zat Kimia masih Ditemukan dalam Makanan Anak”, dikutip Kamis, 15 Mei 2009 pukul 17.30

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun