Generasi Milenial Dalam Menyikapi Pengasuhan Pola Asuh Masa Lampau
Perubahan zaman yang berlangsung begitu cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup pada setiap generasi. Generasi milenial yang lahir di era digital dan tumbuh dengan teknologi canggih, yang memiliki karakteristik  dan nilai-nilai yang berbeda dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya(Sulistiatun, dkk 2022). Pada era sekarang  generasi milenial mulai menjadi orang tua, yang dimana pengasuhan atau parenting yang dimiliki berbeda dengan generasi terdahulu. Disisi lain, pola asuh masa lampau yang diwariskan dari generasi ke generasi sering kali dilandasi dengan tradisi, norma sosial, dan budaya yang berlaku pada masanya.Â
pada generasi milenial yang dimana mulai menjadi orang tua sering kali muncul tantangan dan perbedaan sudut pandang anatar generasi milenial dengan generasi sebelum-sebelumnya. Pola asuh masa lampau, yang cenderung berpegang teguh dengan pada kepatuhan, hierarki, dan pengendalian, terkadang kurang relevan dengan kebutuhan dan cara berpikir generasi milenial yang dimana lebih mandiri, kreatif serta perkembangan teknologi yang dimana informasi semakin mudah didapat. Santoso (dalam Taufiq Zainul 2020) Generasi milenial ini memiliki karateristik berdeda dengan generasi sebelumnya, yaitu cenderung berpikir praktis, mencintai kebebasan, cenderung menyukai hal yang detail, dan mahir dalam penggunaan digital. Selanjutnya generasi milenial ini memiliki kestabilan emosi yang baik, sehingga dalam melakukan pola asuh positif orang tua yang lahir pada generasi milenial ini dinilai lebih mempuni.Â
Pola asuh pada masa lampau, nilai dan budaya juga masih melekat pada pengasuhan anak seperti pola asuh suku jawa yang dimana menggunakan metode penanaman falsafah, menurut Kurnianto (dalam Amita, 2021) metode yang digunakan oleh masyarakat jawa antara lain pertama tembang-tembang (syair yang diberi lagu untuk dinyanyikan), kedua sesanti atau unen-unen  (pengolahan kata atau bahasa yang memiliki makna tertentu), dan ketiga upacara tradisi seperti tingkepan dan mitoni. Tetapi beberapa metode tersebut pada zaman sekarang masih digunakan. Pola asuh orang jawa dulu cenderung memebrikan pola asuh otoriter, serta mengajarkan anak tentang standart dan ekspetasi perilaku dari budayanya, seperti mendahulukan yang lebih tua untuk mengambil makan, membungkuk jika bertemu dengan orang yang lebih dewasa sebagai tanda penghormatan dan mengajarkan nilai-nilai seperti tepo seliro, menghindari konflik, nerimo, pengabdian, dan manut (Amita, 2021).Â
Orang tua yang lahir pada generasi milenial mereka akan lebih terbuka dalam hal teknologi meskipun dulunya pola asuh yang didapatkan ialah pola asuh yang mengikuti nenek moyang dimana masih otoriter. Adanya teknologi yang semakin canggih orang tua milenial menyikapi pola asuh yang sekarang ini tidak terlalu fokus oada cara-cara tradisional, meski begitu orang tua sekarang tidak meninggalkan tradisinya seperti mencontohkan kepada anak tutur kata yang baik, sopan santun, salim kepada orang yang lebih tua. Penting juga bagi orang tua paham akan pola asuh bagi anaknya, menurut illahi (dalam Wira, 2019) pola asuh ialah sebuah sikap yang dilakukan orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, dengan hal ini mencontohkan kepada anak dengan menggunakan bahasa yang sopan dalam sehari-hari, serta mengajak anak untuk bermain bersama dapat menumbuhkan rasa kasih sayang pada anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI