Hingga detik ini kita telah mengalami banyak sekali hal dan kejadian, otomatis kita dapat mengetahui bagaimanakah diri kita  sebenarnya dan apa tujuan dari diri kita, kemajuan teknologi dengan adanya sosial media terkadang membuat kita lebih sering melihat keluar hingga lupa bahwa diri kita juga butuh dilihat, diselami, dan dipahami. Segigih apapun support sistem yang kita dapatkan dari luar tidak akan terealisasikan ketika kita tidak mengetahui siapa dan bagaimana diri kita, ibaratnya seperti membangun sebuah rumah dengan pondasi yang lapuk akibatnya rumah bisa roboh sewaktu-waktu. Sebegitu pentingkah kita untuk mengenal diri? Jawabannya adalah IYA karena proses mengenal diri merupakan hal mendasar yang harus terus dilakukan dalam kehidupan, Goleman (1996) menyebut self awareness atau kesadaran diri sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui kekuatan,kelemahan, dorongan, nilai dan dampaknya pada orang lain serta perhatian terus menurus terhadap batin seseorang, merefleski diri, pikiran mengamati dan menggali pengalaman termasuk emosi. Kesadaran diri tidak terbentuk melalui proses yang instan tetapi melewati beberapa tahapan, Satrowardoyo (1991) mengungkapkan ada 4 tahapan yang harus dicapai dalam pembentukan self awereness yaitu:
- Tahap ketidaktahuan.  Seorang bayi tentunya belum mengetahui dan belum memiliki kesadaran diri oleh karena itu bayi berada pada tahap ketidaktahuan yang bisa juga disebut dengan tahap kepolosan
- Tahap berontak. Pemberontakan pada tahap ini terjadi sebagai upaya untuk memperoleh kebebasan dalam usaha membangun kekuatan terdalam yang ada pada diri, pemberontakan ini merupakan masa transisi yang akan dialami dalam pertumbuhan.
- Tahap kesadaran normal akan  diri. Ketika sesorang sudah dapat melihat dan merasakan kesalahan yang dia lakukan guna mengambil tindakan dan bertanggung jawab maka dia sedang berada pada tahap ini, kesadaran diri disini berfungsi sebagai pengendalian manusia atas hidupnya serta pemberi arah bagaimana cara mengambil keputusan yang baik ketika dia dihadapkan dalam permasalahan
- Tahap kesadaran diri yang kreatif. Pada tahap ini seseorang mampu melihat kebenaran secara objektif tanpa terhalang oleh perasaan dan keinginan yang bersifat subjektif, melalui tahapan ini seseorang bisa melihat hidupnya dari sudut pandang yang lebih luas, memperoleh inspirasi, dan peta sebagai pengarah langkah dan tindakan apa yang bisa dilakukannya.  Upaya yang bisa dilakukan dalam memperoleh tahap ini bisa melalui kegiatan religi, webinar tentang self awereness, kegiatan ilmiah ataupun yang lainnya.
Selain itu dalam pembentukan kesadaran diri juga memerlukan 5 elemen kerangka kerja yang disebutkan oleh Schafer (1996) yaitu:
- Attention (perhatian). Dalam bahasa Indonesia attention diartikan sebagai perhatian yaitu pemusatan sumber daya mental ke dalam hal baik eksternal maupun internal, kesadaran dapat mengarahkan dan membawa perhatian kita kepada peristiwa yang terjadi pada diri kita maunpun di luar diri kita
- Wakefulness (kesiagaan atau kesadaran). Merupakan rangkaian kesiagaan dan kesadaran yang terjadi dari tidur hingga terjaga, dalam kerangka ini kesadaran menjadi kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya, kesadaran sendiri terdiri dari bebagai level awareness dan ekspetasi yang berbeda kita sebagai pengendali diri bisa mengubahnya melalui berbagai hal
- Architecture ( Arsitektur). Beberapa lokasi fisik dan struktur fisiologis berperan dalam proses terjadinya kesadaran, diperkirakan pusat kesadaran berada pada otak dapat didijelaskan melalui penelitian bahwa korelasi neural kesadaran pada otak dapat dipersepsikan melalui penelitian terhadap korelasi neural kesadaran
- Recall of knowlodge (mengingat pengetahuan). Proses terjadinya pengambilan informasi baik pribadi maupun berhubungan dengan lingkungan sekitarnya
- Self knowledge ( pengetahuan diri )Pemahaman tentang informasi jati diri seseorang
Ciri-ciri indivdu yang mempunyai self awereness yaitu:
- Mampu memahami diri sendiri
- Banyak membangun relasi dengan orang lain
- Mempunyai tujuan hidup dengan karakter yang tepat
- Mampu menyeimbangkan kebutuhan pribadi dengan kebutuhan kelompok
- Membangun nilai-nilai keberagaman
"Dirimu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan disaat tiada orang yang melihatmu" --Ali bin Abi Thalib-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H