Mohon tunggu...
Izzatul Firdaus
Izzatul Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa-Mahasiwa

Early Childhood Education.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Speech Delay, No...no..no..

16 Maret 2021   18:29 Diperbarui: 16 Maret 2021   18:45 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lorellalilyblog.blogspot.com

" For effective communication think about how is your speech is perceived than in what you are actually saying " _Byron Rivers_

Menjadi sebuah kegembiraan jika orang tua mendapati anaknya sudah bisa memanggilnya "mama..mama.." . 

Senang sekali rasanya ketika mendengar anak berceloteh meski tak jarang orangtua belum mengerti apa makna dari celoteh anak, berbicara tentang celoteh anak tentu tidak akan lepas dari perkembangan bahasa anak. 

Sebagaimana apa yang sudah di ulas dalam artikel sebelumnya seorang ahli patalogi wicara-bahasa yaitu Caroline Bown A.M Ph.D  menyatakan bahwa tonggak perkembangan bahasa anak dalam kisaran usia baru lahir sampai 5 tahun terbagi menjadi 2 yaitu: perkembangan bahasa ekspresif dan perkembangan bahasa reseptif. 

Perkembangan bahasa ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengekspresikan apa yang dia rasakan baik melalui komunikasi secara verbal maupun nonverbal, kemampuan ini merangkai apa yang ditangkap oleh pikiran anak kemudian menyusunnya ke dalam kalimat yang bermakna.  

Bahasa ekspresif erat kaitannya dengan suara, tulisan, simbol, isyarat dan gerakan, dalam perkembangan ini anak akan melewati  beberapa fase yang harus diketahui oleh mama yaitu:

  • Dalam fase usia 0-12 bulan. Selama 6 bulan pertama bayi mulai belajar untuk bersuara selain dengan tangisan misalnya menggumam dan tertawa, seiring berkembangnya usia pada 5 sampai 10 bulan bayi mulai mengatakan beberapa suku kata seperti " da da" yang mengandung konsonan dan sebuah huruf vokal fase ini biasa disebut dengan canonical babbling yang melibatkan deretan suku kata secara berulang, memasuki usia 1 tahun bayi sudah mulai membuat berbagai bunyi dan suku kata serta akan mengucapkan kata-kata pertamanya.
  • Dalam fase usia 1-3 tahun. Bukan hanya usia yang bertambah namun kemampuan berbahasa anak juga bertambah, pada usia ini si kecil mampu memahami sebuah kalimat dan mampu mengungkapkannya, si kecil mulai bisa mengucapkan kata walaupun masih dalam konteks yang sederhana, tak hanya itu ternyata pada usia ini si kecil sudah mampu membedakan sesuatu yang berlawanan misalnya panas lawannya adalah dingin.
  • Dalam fase usia 3-5 tahun. Ketika memasuki usia ini wajar jika kerap kali kita mendengarkan anak berbicara pada dirinya sendiri,kalimat yang diucapkan anak terdiri 3 kata yang 50% sudah dimengerti  mulai aktif beraktivitas diluar karna anak sudah mengenal lingkungan sekitar selain rumahnya sendiri, hingga pada saat usia 5 tahun anak mulai aktif berpikir secara bahasa baik dalam berbicara maupun mendengarkan serta mulai belajar untuk menulis dan membaca.                                                                                                                                                                                                                                    Meskipun benar jika setiap anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan jika beberapa anak mengalami keterlambatan dalam tumbuh dan berkembang, salah satu keterlambatan perkembangan anak yang kerap menyita perhatian orang tua dan menimbulkan kekhawatiran orang tua adalah keterlambatan perkembangan bahasa, atau yang biasa disebut " speech delay ", speech delay bahasa ekspresif adalah kesulitan anak dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Sebagai orang tua alangkah baiknya jika dapat mengenali tanda keterlambatan bicara pada anak, yaitu:
  • Belum bisa berceloteh saat berusia 15 bulan
  • Belum bisa berbicara pada usia 2 tahun
  • Tidak dapat berbicara menggunakan kalimat pendek pada usia 3 tahun
  • Kesulitan dalam memahami perintah dan arahan
  • Terjadinya pengucapan dan artikulasi yang buruk saat berbicara
  • Terjadinya kesulitan dalam membentuk kalimat
  • Hanya bisa mengucapkan banyak kata tapi tidak bisa menyusunnya ke dalam kalimat yang dapat dimengerti maknanya.

           Speech delay bisa terjadi karana beberapa kemungkinan di seperti:

  • Gangguan berbicara
  • Masalah pada mulut atau yang disebut dengan ankyloglossia yang menyebabkan lidah tidak bebas bergerak karena frenulum lidah yang terlalu pendek
  • Gangguan pendengaran
  • Masalah psikologis
  • Autism spectrum disorder, dengan ciri frasa yang berulang-ulang, gangguan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal, kesulitan dalam berinteraksi sosial, dan penurunan kemampuan berbicara serta berbahasa.

Beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua dalam mengatasi speech delay:

  • Sering mengajak si kecil berbicara, cara ini merupakan cara yang cukup efektif. Selain bisa mengatasi specch delay ternyata cara ini juga mampu mempererat hubungan antara mama dan si kecil
  • Jangan bosan membacakan cerita, hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan imajinasi dan menambah kosa kata pada si kecil
  • Batasi penggunaan gawai pada si kecil, para ahli berpendapat anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tidak diperbolehkan menggunakan gawai kecuali untuk video call dengan sanag ayah contohnya. Dan untuk anak yang dalam usia 2-5 tahun dianjurkan untuk di  beri batasan dalam bermain gawai
  • Biasakan untuk minum dengan sedotan, karna tanpa diketahui minum dengan sedotan dapat membantu menguatkan otot-otot mulut si kecil sehingga kemampuan dapat meningkatkan kemampuan bicaranya juga
  • Konsultasi dengan dokter maupun para ahli.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun