Mohon tunggu...
Izzatiddiena NurSafira
Izzatiddiena NurSafira Mohon Tunggu... Foto/Videografer - no longer sitting on a high school bench

trust no one but Allah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Maha Benar Media dengan Segala Clickbaitnya

23 Januari 2021   17:11 Diperbarui: 23 Januari 2021   17:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2021 bukan lah tahun yang diawali dengan baik. Mulai dari kasus corona yang kurvanya tak kunjung menurun, kejadian jatuhnya Sriwijaya Air, banjir yang melanda Kalimantan Selatan, dan masih banyak lagi. Menurut BNPB, ada 136 bencana alam yang terjadi mulai dari tanggal 1 Januari 2021 hingga 16 Januari 2021. Rasa kemanusiaan pun bermunculan, donasi donasi dikerahkan, selebriti membuka sumbangan.

Dari mana kita tau semua kabar duka ini? Berita. Media massa. Televisi, koran, sosial media. Media memang sangat berjasa, membuat masyarakat menjadi up to date tentang apa yang terjadi di masa seperti ini.

Tetapi terkadang, masih banyak media yang "hanya" mencari atensi tanpa rasa peduli. Menampilkan foto jenazah korban yang badannya bersimbah darah, tragis, bagian tubuhnya tak utuh. Tanpa mempedulikan rasa kehilangan mereka yang ditinggalkan. Iming-iming uang ternyata bisa membuat manusia kehilangan rasa kemanusiaannya.

Kenyataannya, media tidak akan membuat berita kehilangan serealistis itu "jika" penikmatnya tidak banyak. Artinya, berita dengan konten seperti itu memang banyak yang suka, banyak yang menikmati, dan banyak yang tidak peduli dengan mereka yang ditinggalkan. Tidak semua, tapi mayoritas. Beberapa memilih untuk men-skip berita dengan konyenkarena ngeri, atau karena rasa simpati.

Selain itu, media juga cenderung memperoleh lebih banyak audiens jika konten beritanya adalah jawaban dari pertanyaan pertanyaan tidak bermutu, seperti adakah gerak gerik yang aneh dari korban sebelum kepergiannya, atau apakah ada feeling aneh yang dirasakan untuk kerabat terdekat almarhum sebelum kejadian, atau bagaimana kronologi kepergian almarhum. Pertanyaan pertanyaan tidak bermutu seperti ini beresiko memicu kesedihan mereka yang ditinggalkan karena mengingatkan pada memori semasa almarhum masih hidup.

Apakah itu hal yang salah? Tidak sepenuhnya. Atensi adalah hal yang penting dan memang diperlukan, apalagi untuk media media yang masih menengah keatas. Tapi, alangkah baiknya, jika hal hal negatif yang disebutkan diatas tidak dijadikan highlight dari berita tersebut. Masih banyak hal positif lain, yang bisa dijadikan konten, dan masih mengundang audiens. Seperti cara menjadi produktif di tengah pandemi, atau tutorial glow up, yang menjadi topik favorit gen Z, dan masih banyak lagi.

Kesimpulannya, jadilah penulis dan pembaca artikel yang bijak. Tulislah berita dengan konten yang positif, dan tidak menanyakan pertanyaan yang sensitif kepada kerabat almarhum. Jadilah pembaca yang bijak dengan tidak memberi feedback positif kepada berita yang dibumbui dengan foto jenazah, atau pertanyaan tidak bermutu seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Perubahan perubahan kecil seperti ini, bisa mengubah masa depan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik lagi. Belajar menghargai privasi dan perasaan orang lain, tidak akan merugikan siapapun, dan menjadikan hidup terasa lebih mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun