Mohon tunggu...
Izzan faruqy azzahir
Izzan faruqy azzahir Mohon Tunggu... Jurnalis - Busy

seorang yang hanya merefleksikan bahan-bahan kontemplasi pada kolom kosong.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Muhammadiyah, Perlukah Digitalisasi?

6 Mei 2020   08:23 Diperbarui: 6 Mei 2020   09:50 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menerawang dunia pendidikan muhammadiyah, pasti kita langsung tertuju pada Amal Usaha Muhammadiyah dalam sektor pendidikan, yaitu lembaga pendidikan. 

Dilansir dari Tebuireng.online, tercatat, jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai 2019 berjumlah 26.615 yang tersebar di penjuru nusantara(24/08/2019)

Adapun rincian datanya sebagai berikut, TK/TPQ 20.125, Sekolah Dasar (SD)/MI 2.766, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Mts 1.826, Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.407, Pondok Pesantren 325, perguruan Tinggi Muahmmadiyah 164. Semua lembaga pendidikan ini, tersebar di penjuru nusantara dari sabang sampai merauke. 

Dengan kuantitas lembaga pendidikan yang banyak ini, sudah sepatutnya Pimpinan Pusat Muhammadiyah bisa menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas yang dipertontonkan di ruang publik.

Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, lembaga pendidikan muhammadiyah harus senantiasa berkamuflase dengan keadaan zaman. Dengan adanya proses digitalisasi yang sepatutnya menjadi bahan kajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk terus mengembangkan sektor pendidikan kearah yang lebih progresif. Karena, menciptakan rantai regenerasi itu harus dirancang dengan sedemikian rupa. 

Keadaan zaman sekarang, sudah tak sama lagi seperti pertama kalinya sekolah muhammadiyah berdiri, 1 Desember 1911. Sekarang, para pelajar sudah akrab dengan gadget yang menjadi teman setianya. Hampir seluruh aktivitas tertuang pada gadget tersebut.

Nah, ini yang harus menjadi perhatian kita semua, bagaimana kita bisa mengalokasikan gadget tadi menjadi sebuah instrumen menggiurkan bagi para pelajar. Aktivitas pembelajaran di sekolah dapat terbantu dengan adanya proses digitalisasi terebut. 

Dan para pelajar pun akan lebih mudah  mengakses bahan ajar tanpa harus bertatap muka dengan para guru di ruang kelas. Inilah yang harus bisa kita wujudkan dalam pembelajaran di ruang kelas. Dengan adanya "digitalisasi ruang kelas", para pelajar dituntut untuk senantiasa bisa bersikap aktif, kreatif dan inovatif terhadap seluruh pembelajaran  yang ada.

Karena, Revolusi Industri 4.0 ini memacu semua pihak yang berperan dalam dunia pendidikan untuk senantiasa bisa membuat ruang kelas menjadi sarana pembelajaran yang menarik dan efektif. 

Misalnya, lembaga pendidikan membuat sebuah sistem pembelajaran digital dengan metode game atau semisalnya. Dan sistem seperti itu pun tidak hanya mengasah kemapuan kognitifnya saja, tetapi dapat mengasah kemampuan yang lainnya seperti kemampuan afektif dan konatif.

Jika lembaga pendidikan tidak bisa mengikuti keadaan zaman, pasti output yang dhihasilkan nantinya akan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan atau dituntut oleh zaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun