Mohon tunggu...
Izza Restu Sya'bana
Izza Restu Sya'bana Mohon Tunggu... -

muslimah suka kreatifitas

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mikul Dhuwur Mendem Jero

18 September 2014   16:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:20 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MIKUL DHUWUR MENDEM JERO

Pepatah jawa “mikul dhuwur mendem jero” sering kali dihubung-hubungkan dengan balas budi anak terhadap jasa orang tua yang telah membesarkan mereka. Pepatah tersebut berarti memikul tinggi-tinggi menanam dalam-dalam, maksudnya sebagai anak kita harus bisa membalas budi, menghormati,memuliakan, dan melaksanakan segala perintah orangtua sebagaimana yang telah mereka lakukan untuk anak mulai dari memberi kasih sayang, memberikan pendidikan kepada kita dari TK sampai sarjana, memberikan fasilitas-fasilitas yang kita inginkan. Orang tua memberikan seluruh kasih sayang dan pengorbanan yang begitu besar kepadaanak supaya kelak hidup anak mereka jauh lebih baik daripada kehidupan orang tua mereka.

Memang orang tua tidak mengharap balas jasa yang setimpal terhadap apapun yang mereka lakukan untuk anak. Namun seyogyanya sebagai anak yang di didik di lingkungan adat jawa, balas budi seharusnya memang dilakukan oleh anak kepada orang tuanya. Bayangkan saja! Mulai dari kita terlahir di dunia, mereka orang tua berusaha mencurahkan segala kasih sayang kepada kita sebagai anak. Meskipun mereka harus banting tulang, pontang panting kesana kemari bekerja yang halal demi memenuhi segala kebutuhan kita. Bapak yang bertugas mencari nafkah, rela menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja walaupan kadang penat dan lelah menghampiri beliau.Otot- otot perkasa mereka diasah terus selama bertahun-tahundemi mengepulnya asap dapur keluarga. Ibu memiliki peran yang tak kalah penting seperti bapak, Beliau berbagi peran dengan bapak untuk mengasuh kita, mendidik kita tentang hal-hal baik atau tata karma ataupun cara bersosialisasi dengan orang lain dengan baik. Beliau memberikan pendidikan akhlak tepatnya kepada kita sebagai dasar bergaul dengan masyarakat. Memang aktifitas mendidik dilakukan oleh lembaga sekolah maupun podok pesantren tetapi ibu lah yang memberikan dasar pendidkan kepada anak sebelum anak tersebut mengenyam pendidikan di sekolah yang sebenarnya. Di zaman modern ini katanya emansipasi wanita telah maju sehingga banyak ibu-ibu yang mulanya hanya berperan sebagai ibu rumah tangga kini memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja. Kalau lihat ibu memiliki peran ganda seperti itu alangkah lelahnya mereka. Aktifitas ibu dimulai dari subuh bangun pagi kemudian memasak untuk persiapan sarapan pagi, belum juga mengurus anak-anak yang mau berangkat sekolah, selain itu mengurus dirinya sendiri untuk pergi bekerja.

Sekilas kita memandang bahwa hal-hal tersebut adalah memang tanggung jawab mutlak orang tua. Ada yang berpendapat bahwa memang kewajiban orang tua adalah mendidik dan membiayai kebutuhan kita, tidak ada unsur paksaan untuk melalukan hal tersebut. Namun dibalik pengorbanan yang telah mereka lakukan ada sekelumit asa yang mereka sembunyikan. Mereka tak mengharapkan hal-hal yang muluk-muluk kepada kita, cukup kita bisa melalui kehidupan ini dengan baik , bisa sukses, bisa bermanfaat bagi sesama manusia, saling mengasihi, saling menghormati.

Sebagai anak sepantasnyalah kita membalas kebaikan orang tua dengan memuliakan mereka. Jika kita masih sekolah belum bisa kerja, kita bisa memuliakan orang tua mulai dari hal-hal kecil dengan membantu pekerjaan mereka seperti membantu masak ibu, bersih-bersih rumah atau membantu bapak di sawah. Mendoakan mereka setelah sholat agar diberi kesehatan selalu dan dilancarkan rezekinya. Kalau kita sudah kerja dan hidup mapan, kita bisa membelikan sesuatu yang berharga untuk mereka, mengajak jalan-jalan mereka seperti naik haji atau Cuma jalan-jalan di tempat wisata tak mengapa. Jika kelebihan rizeki, kita bisa memperbaiki rumah mereka yang sudah tua.Jika orang tua kita sudah meninggal pun, kita masih bisa mikul dhuwur mendem jero kepada orang tua dengan selalu mendoakan mereka dan melaksanakan wasiat mereka, bersilaturahmi dengan kerabat atau teman-teman mereka.

Bayangkan! seulas senyum mereka muncul pertanda mereka bangga dan ridho terhadap kita. Semakin banyak memuliakan orang tua semakin banyak berkah yang kita dapatkan seperti rizki kita akan dipermudah oleh Allah, segala urusan akan dipermudah dan tentunya kita mendapat pahala yang kita tuai di akhirat nanti. Sejalan dengan mikul dhuwur mendem jero, dalam agama pun disebutkan juga birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua) adalah kewajiban anakyang harus dilaksanakan. Jadi, sudahkah kita mukul dhuwur mendem jero kepada orang tua kita? Coba renungkan?

“Tulisan ini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati Bahasa Daerah Harus Diminati”

http://tenteraverbisa.wordpress.com/2014/08/22/kontes-sadar-hati-berhadiah-tablet-pc/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun